Judul :
Istirahatlah Kata-Kata
Sutradara :
Yosep Anggi Noen
Tahun :
2017
Genre :
Biografi
Tahun 1996, rumah Widji Thukul kerap kali
didatangi polisi dan intel, buku karyanya dirampas karena menyinggung rezim
Soeharto dari tulisannya yang kritis. Sipon, istri Thukul dipaksa
menandatangani dokumen mengenai penyerahan barang bukti. Widji Thukul yang
bergabung dalam Partai Rakyat Demokrasi (PRD) akhirnya melarikan diri ke Pontianak.
Karena melarikan diri, PRD disangka sebagai kambing hitam kerusuhan 27 Juli
1996 oleh pemerintah.
Sebelum pelariannya, Thukul sudah curiga bahwa
dirinya akan ditangkap oleh antek pemerintah, kecurigaannya bertambah lantaran
kawan-kawannya yang diculik dan diintimidasi. Dalam perjalanannya menuju
Pontianak, raut wajah Thukul terlihat takut dan gelisah. Thukul merasa makan
dan tidurnya tak nyeyak, perasaan waspada selalu membayanginya.
Situasi politik di Pulau Jawa yang sangat
mencekam, juga ketatnya sistem pemerintahan yang tak menerima kritisi, menjadi
alasan pelarian dirinya ke Pontianak. Dalam pelariannya, Thukul dibantu oleh
dua kawannya, yaitu Thomas dan Martin. Saat itu nama Widji Thukul telah ada
dalam daftar buronan, akhirnya selama di Pontianak, Thukul berganti identitas
menjadi Paul.
Selama perasingannya, Thukul membuat puisi yang
mengungkapkan kehidupannya selama menjadi buronan. Diungkapnya lewat kata-kata
bahwa hidup menjadi buronan jauh lebih menakutkan dari pada menghadapi sekompi
kacang hijau bersenapan lengkap yang membubarkan demonstrasi.
Selama masa pelariannya, Thukul merasa rindu
pada anak istrinya yang ditinggalkan. Akhirnya, Thukul dengan kemauan kuatnya
pulang mendatangi Sipon dan dua anaknya secara diam-diam. Thukul pulang tanpa
ada seorang pun yang tahu, karena dalam lingkungannya, masih ada kaki tangan
pemerintah rezim Soeharto yang mengawasi.
Widji Thukul dan Sipon kemudian bertemu.
Pertemuan Sipon dan Thukul kemudian dicurigai salah satu tetangganya, kemudian
dia mengikuti Sipon. Keesokan harinya tetangga itu pun menebar isu bahwa Sipon wanita tunasusila dikarenakan
keluar untuk menemui laki-laki. Padahal Sipon saat itu sedang melepas rindu
pada suaminya sendiri.
Karena ucapan dari para tetangganya, Sipon
menangis dengan keras. Thukul merasa iba dengan istrinya yang tersakiti. Tak
tahan dengan simpati Thukul, secara spontan Sipon mengusir Thukul secara tak
langsung. Akhirnya Thukul kembali ke
Pontianak pada Februari 1997, kemudian ia pergi ke Jakarta bergabung bersama
massa untuk menggulingkan Soeharto.
Berlatar belakang tahun 1996-1998, film ini
mengangkat sejarah Indonesia. Film ini mengambarkan perpindahan rezim Orde Baru
ke Reformasi yang dalam era ini banyak orang yang diculik entah kemana hingga
saat ini belum diketahui keberadaannya. Sebulan sebelum Soeharto lengser pada
Mei 1998, Widji Thukul hilang dan keberadaan tak diketahui sama sekali hingga
kini.
Istirahatlah Kata-Kata (Solo, Solitude)
merupakan sepenggal kisah di masa-masa pelarian Widji Thukul seorang penyair
kritis di era pemerintahan Soeharto. Film ini memfokuskan cerita saat periode
Widji Thukul dalam masa pelariannya dari Solo ke Pontianak. Periode ini menjadi
saksi Widji Thukul diasingkan dan menjadi buronan pada saat rezim Soeharto.
Film Istirahatlah Kata-Kata telah mendapatkan
penghargaan International Film Festival
Love is Folly yang berlangsung di kota Varna, Bulgaria. Film ini juga
mendapat penghargaan Festival Film Indonesia, Usmar Ismail Award, dan
Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Diperankan Gunawan Maryanto sebagai Widji
Thukul dan Marissa Anita sebagai Sipon.
ND