Sejak tiga
tahun terakhir, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia (PBSI) menggelar acara rutin Pekan Apresiasi Sastra dan Drama
(Pestarama). Acara tahunan kali ini mengusung tema Jejak Maestro Drama
Indonesia. Pada Senin (23/4), digelar puncak acara Persembahan Untuk Akhudiat.
Memasuki Hall Student Center (SC), malam
penutupan Pestarama Jilid III ini terlihat kental dengan nuansa seni.
Dikelilingi Spot foto pameran dari
beberapa seniman dan budayawan. Sisi kanan Hall SC dipenuhi karya Akhudiat. Bagian kiri ada karya Wisrna Hadi dan sisi lain karya Putu Wijaya. Hiasan lampu redup menambah kesan
artistik suasana malam lalu.
Memandang ke
depan panggung terdapat banner
bertuliskan Festival Budaya Persembahan untuk Akhudiat melintang diatas
panggung. Bambu-bambu menghiasi latar belakang panggung. Tata kursi penonton
pun dibuat rapih dan terlihat fokus ke segala arah panggung.
Acara dibuka
dengan sambutan dari Kepala Jurusan PBSI, Makyun Subuki. Dalam sambutannya, ia mengatakan
adanya acara ini untuk memberikan penghargaan kepada Akhudiat. “Terimakasih
kepada Akhudiat yang telah menemani kita ditengah acara ini,” ucapnya, Senin
(23/4).
Waktu
menunjukkan pukul 20.32 WIB. Di atas panggung terlihat sepasang penari—Dion yang berasal dari Trenggalek dan
Martina dari Jerman. Dalam tarian tersebut mereka membawakan Tarian Wiwaha yang
merupakan tarian kontemporer. Dengan gaya energik, tarian tersebut mendapat
sambutan tepuk tangan yang meriah dari para pemirsanya. Tidak ketinggalan juga
jurusan PBSI mempersembahkan Tarian
Jaipong. Tak lupa, Pojok Seni Tarbiyah pun turut memeriahkan acara ini.
Puncak dari
acara Pestarama Jilid III adalah Apresiasi untuk Akhudiat Maestro Darmawan
Indonesia. Akhudiat merupakan penulis naskah skenario drama. Selain itu, ia
juga menulis cerita pendek, puisi dan buku non-fiksi. Karyanya juga diapresiasi
Andri Lazuardi yang termasuk penggiat teater.
Menurut
Lazuardi, Akhudiat telah menemukan naskah Dewa Mabuk dan Dua Dengung yang
hilang. “Akhudiat pun pernah memainkan naskah itu pada saat masih muda,
ternyata naskah itu masih disimpan temannya, yakni Rendra, dan naskah tersebut asli,” kata Andri
Lazuardi, Senin (23/4).
Begitu pun
Radhar Panca Dhana seorang Federasi Teater Indonesia memberikan apresiasi untuk
Akhudiat. “Akhudiat memang pantas mendapat pujian-pujian dan mencontohlah Akhudiat
dari karya-karya dan kelebihannya,” tuturnya, Senin (23/4).
Menurut Ketua HMJ PBSI Siti Fatimah Nur Azma, kegiatan ini telah berlangsung selama
seminggu, sejak 17 hingga 23 April. Ia juga menyatakan, tujuan diadakannya
acara ini untuk menghargai sastrawan Indonesia. “Mungkin tujuannya sangat
sederhana tapi maknanya mendalam,” ujarnya, Senin (23/4).
Lebih lanjut, ia
menuturkan, acara Pestarama
bermaksud memperkenalkan sastrawan Indonesia. Kedepannya,
Pestarama juga menjadi salah
satu festival yang dinanti mahasiswa jurusan PBSI. “Semoga Pestarama empat
dapat diadakan lagi,” ucapnya, Senin (23/4).
Salah seorang pengunjung Mahasiswi PBSI Nabila Zakia mengatakan, Pestarama yang memuat kajian drama juga termasuk salah satu
mata kuliah di jurusan PBSI.
Tiap tahunnya Pestarama mendatangkan Sastrawan Indonesia sekaligus memberi
gambaran tentang kajian drama bagi mahasiswa baru. “Pengennya Pestarama juga lanjut untuk adik-adik
kelas,” tuturnya, Senin (23/4).
ND