Biaya kegiatan pendidikan yang mahal serta bentuk
pembelajaran yang beragam membuat mahasiswa harus mencari alternatif jalan
keluar. Membuka jasa check-up kesehatan menjadi salah satu jalan yang ditempuh.
Meningkatnya
problematika di masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan dan sosial,
secara tidak langsung menuntut mahasiswa untuk lebih kreatif dalam menggelar
kegiatan. Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agen perubahan harus berinovasi
agar kegiatan tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat.
Hal inilah
yang melatarbelakangi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar kegiatan
cek kesehatan bagi masyarakat. Meskipun berasal dari organisasi yang berbeda,
kesamana tujuan telah mempersatukan mahasiswa dalam satu wadah kegiatan sosial
tersebut.
Ketua
Jurusan Farmasi Rinaldi Nur Ibrahim mengatakan, masyarakat kurang memiliki
pengetahuan dalam bidang kesehatan. Melihat fakta tersebut, Inal (sapaan
akrabnya) bersama mahasiswa lain menggelar kegiatan cek kesehatan tersebut.
“Disamping menjalankan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujar Inal, Rabu
(7/2).
Sambil
menyelam minum air. Peribahasa itu tampaknya dipraktikkan betul oleh Inal dan
kawan-kawannya. Pasalnya, selain menjadi sarana untuk menyadarkan masyarakat
akan pentingnya hidup sehat, masyarakat yang memanfaatkan jasanya akan
dimintai biaya.
Inal
menceritakan bahwa dana hasil kegiatan tersebut digunakan untuk menutupi
kekurangan biaya kunjungan akademis Jurusan Farmasi ke industri farmasi di
dalam maupun di luar negeri. Tak hanya itu, dana pun dialokasikan untuk
mengadakan bakti sosial yang diadakan setiap Ramadhan.
Hal senada
diungkapkan oleh Ketua UIN Syahid Medical Rescue (USMR) Muhammad Ilmul Yaqin
Amha. Ia mengatakan banyak manfaat dari kegiatan tersebut. Selain membantu
masyarakat memeriksakan kesehatannya, kegiatan ini juga menjadi sarana praktik mahasiswa
FKIK. “Untuk menambah edukasi,” tutur Ilmul (panggilan
akrabnya), Selasa (6/2).
Amha
menambahkan dana hasil dari kegiatan pun di alokasikan untuk bakti sosial yang
rutin diadakan minimal dua kali setahun. Seperti khitanan massal dan
pemeriksaan Inspeksi Visual Asama Asetat (IVA). Biasanya, lanjut Ilmul adanya
kegiatan berdasarkan maraknya gejala yang sedang merebak.
Community
of Santri Scholars of Ministry of Religius Affairs (CSSMoRA) pun tak ingin
ketinggalan meramaikan penyelenggaraan cek kesehatan. Ketua CSSMoRA, Syarif
Pujiantoro menuturkan bahwasanya tujuan dari dibentuknya kegiatan ini ialah
untuk memenuhi kebutuhan finansial organisasi.
Salah
seorang pasien, Mochamad Thoriq Assegaf Al-Ayyubi, mengaku pihak penyelenggara
yang masih muda menjadi daya tarik sendiri untuknya. “Saya malu kalau ke rumah
sakit. Kalau disini tidak, karena petugasnya sepantaran,” ujar Thoriq,
Jumat (9/2). Hal inilah yang membuatnya malas pergi kerumah sakit. “Petugas di
sini pun sangat terampil dan bersahabat,” tuturnya lewat Line.
Menananggapi
maraknya mahasiswa membuka jasa cek kesehatan, Dekan FKIK, Arief Sumantri memberikan
tanggapan positif. Menurutnya hal tersebut sebagai
sarana pengenalan dini profesi kesehatan, sehingga mahasiswa tahu kondisi lapangan.
Lebih lanjut, Ia berharap agar kegiatan ini dapat berkesinambungan dan
kedepannya dapat menjangkau daerah-daerah lain. “Tidak hanya sekitar kampus,”
tutup Arief, Selasa (13/2).
Nurlely
Dhamayanti