Baginya
Jurnalistik adalah jurusan. Namun memasak adalah impian
Berkecimpung
bertahun-tahun pada jurusan media tak melulu harus menghadirkan tangan yang
cakap pada pena. Walau koran seringkali jadi bahan ajar dan kritikan, bukan
berarti akan menghasilkan pribadi yang paham luar dalam terkait pemberitaan
media. Bisa saja aktivitas yang berawal dari hobi, ke depan dapat berganti
menjadi profesi. Keyakinan itulah yang sepertinya tertanam oleh Mahasiswa
Konsentrasi Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Hazhiyah Fathaniyah Rifa’at.
Bukannya memacu diri
untuk menjadi seorang jurnalis ataupun reporter, Mahasiswi semester tujuh ini
malah menarik dirinya sebagai seorang chef.
Awalnya hanya sekadar bermain masakan.
Properti yang digunakan pun bukan kompor yang bisa mengeluarkan api, namun
tanah liat yang dibuat serupa dengan tungku. Perempuan yang akrab dipanggil
Fathan ini mengaku ia kerap menggunakan
dedaunan sebagai bahan masakan.
Seiring berjalannya
waktu, hobi masakan tadi pun menjelma jadi memasak yang sebenarnya. Mula-mula
membantu ibu di dapur untuk memenuhi makan keluarga, Fathan kadangkala
berkeskperimen dengan mencoba pelbagai menu baru pada masakannya. Gadis
kelahiran dua puluh satu tahun silam ini pun mengaku sejak kecil ia hobi
menonton siaran kuliner di televisi. Jika dahulu di akhir pekan anak-anak
menunggu tayangan kartun, Fathan justru lebih suka melihat sosok Chef Siska Swiutomo dalam program memasak.
Sejak dianggap ‘cukup
umur’ untuk memegang pisau, Fathan pun mulai menimbang saran beberapa temannya
untuk mengikuti lomba memasak. Ia pun mulai mengulik-ngulik informasi di media
sosial semisal Instagram. Alhasil Fathan pun berjodoh dengan akun Instagram
salah satu penyedap rasa yang cukup dikenal masyarakat Indonesia. Tak
tanggung-tanggung, Ia langsung meraih posisi kedua dalam kompetisi foto Love At First Taste yang diselenggarakan
oleh Royco.
Tak sekadar kemenangan berupa
piala dan piagam perhargaan, Ia pun berhasil membawa hadiah sejumlah uang
sebesar Rp.1.400.000. “Gak Cuma uang, aku juga bisa ketemu Chef Putri
Meranti Indra berikut dengan Class
Cooking nya juga,” ungkapnya
ketika ditemui di gedung Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom)
lantai enam, Kamis (19/11).
Seakan haus akan
pengalaman memasak, Fathan tak langsung berpuas hati setelah memenangi lomba
meracik masakan tradisional yang diselenggarkan Se-Indonesia itu. Ia kembali
menyambangi media sosial yang punya muatan masakan. Kali ini perempuan
kelahiran 9 Januari ini pun kembali
mencoba tanding masak dalam acara Big
Bang Ceremony yang diusung oleh Sangobion.
Tema yang diusung pun
sederhana. Peserta harus menyajikan masakan yang mencegah tumbuhnya penyakit
anemia. Dengan mengandalkan brokoli dan daging sapi sebagai komposi dasarnya,
Fathan pun berhasil kembali meraih juara.
Selain hadiah yang diterima sebagai pemenang ketiga, Ia pun mendapatkan
pengalaman berharga.
Berkat kemenagan yang Ia
terima, Fathan pun didapuk menjadi asisten, Rudy Choirudin. Ia menemani Chef kondang
di Indonesia ini dalam acara Masak Sehat Indonesia Bebas Anemia yang
diselenggarakan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Maret 2017 lalu. “Dulunya
pas kecil cuma bisa liat di televisi, sekarang bisa bertemu dan diberi
kesempatan menjadi co-chef,” tuturnya
di dalam akun Instagram miliknya, Hazhiyahrf.
Sekali lagi Ia pun
kembali mencoba mencari pengalaman lain di dunia memasak dengan mengikuti event yang dihadirkan oleh produk tepung Kobe.
Seperti biasa, penyelenggara lomba menentukan tema masakan yang kali ini
menggunakan komposisi dasar telur. Seakan sudah menjadi jalannya, Fathan
kembali meraih kemenangan. Segenap usaha dan kemenangan yang diraih tentunya
tak lepas dari pengaruh orang-orang terdekat. Begitu pulalah yang dirasakan
oleh Fathan. Sosok seorang ibu yang selalu memberi dukungan dalam memasak acap kali
menjadi peyemangat baginya.
Memang tak selalu usaha
yang dilakukan berjalan mulus tanpa kendala. Fathan sendiri mengakui jika Ia
memiliki ketakutan tergores benda-benda tajam selagi memasak. Namun
kekhawatiran tersebut dapat disingkirkan segera. Belum lagi beberapa bahan
masakan yang sulit ditemukan. “Kalau pun ada, belum berlabel halal. Jadi sulit
mencari penggantinya sebagai resep masakan.”
Ketika ditanya bagaimana
antara memasak dengan jurusan jurnalistik yang saat ini tengah dijalani? “Saya akan
menjalani keduanya dengan serius” tuturnya sembari cecekilan. Dahulu memang
pernah Ia berharap bisa memasuki ranah pendidikan berkaitan dengan fashion yang dimiliki yaitu tata boga.
Namun Fathan tak mau mengambil pusing. Baginya perkuliahan jurnalistik sekarang
adalah kewajiban yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya. Namun bukan berarti
harus mengubur mimpinya, bahkan berharap nantinya kecintaan dalam dunia memasak
dapat dibawa ke dunia kerja. “ Jurnalistik itu jurusanku, masak itu fashion dan hobi,” pungkasnya.
Aisyah Nursyamsi