JuduL buku :
Bangsa Yang Belum Selesai
Penulis : Max
Lane
Penerbit :
Reform Institue
Tahun terbit :
2007
Jumlah
halaman :339
Menjadi
sosok yang dikenal akan kediktatorannya membuat Soeharto tak bisa dilepaskan
dari sejarah kelamnya bangsa Indonesia. Salah satu hal yang paling
diingat dari masa kekuasaan Soeharto yaitu larangan berpendapat. Pada saat itu
suara rakyat seolah dibungkam oleh ketakutan, media massa yang memberitakan
terkait pemerintahan dibredel, tulisan-tulisan Soekarno pun dilarang keras beredar.
Segala gerakan yang berbau ajakan melawan negara tidak diizinkan
pada masa itu. Masa kejayaan Soeharto pun akhirnya diruntuhkan
oleh kelompok politik serta gerakan
mahasiswa yang turun ke jalan hingga pemogokan buruh pabrik. Ketika periode
kediktatoran berakhir, dimulailah kampanye reformasi yang menggencarkan
kebebasan berpendapat.
“Lalu bagaimana kelanjutan bangsa ini setelah kediktatoran
berakhir?”. Bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi lebih baik justru hanya
menjadi impian belaka. Walaupun orde baru telah dialihkan ke masa reformasi,
namun pemberontakan masih sering dijumpai. Beberapa pejabat yang dulunya
dianggap korupsi saat menjabat di masa pemerintahan Soeharto dipaksa turun dari
jabatannya. Pemaksaan pengunduran Bupati Langkat Sumatera Utara,
Sekretaris Wilayah Derah Lampung, Bupati Banten, Bupati Maros Sulawesi Selatan
dan masih banyak contoh kasus serupa menjadi bukti bangsa ini belum selesai.
Bangsa yang belum selesai merupakan bukan sekadar istilah. Bangsa
memang telah merdeka dari otoritas pemerintah, namun masih menyimpan pelbagai
persoalan. Korupsi, kolusi, dan nepotisme warisan Orde Baru masih mengakar kuat
di dalam bangsa Indonesia. Terlebih dalam pelaksanaan demokrasi masih terdapat
banyak kecacatan, seperti kecurangan dalam Pemilu 2004.
Perkembangan bentuk politiksi massa menjadi tantangan bukan saja
pada kekuasaan diktator tapi juga pada struktur konta-revolusi. Secara bertahap
elit politik termobilisasi untuk mencoba menyelamatkan sistem. Pada tahun 1997,
krisis yang telah begitu nyata bukan semata krisi rezim, atau krisis kekuasaan
Soeharto, melainkan krisis sistem secara keseluruhan.
Pada intinya yaitu sejarah besar mungkin saja masih akan terjadi di
Indonesia. Terpenting adalah bagaimana kita mengenali dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi sejarah besar yang akan berlangsung.
Buku yang mengisahkan Indonesia sebelum dan sesudah masa
pemerintahan Soeharto ini merupakan cerita lain dari jatuhnya rezim
otoritarian. Max Lane menuliskan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab
sendiri. Persoalannya, sering kali kita terjebak dalam mencari kebenaran sebuah
sejarah.
Cerita mana yang benar adalah pertanyaan yang mungkin tidak bisa
dijawab oleh sejarawan. Namun, ada buku ini kita akan akan diulik sedikit demi
sedikit mengenai pertanyaan tersebut. Susut padang Max Lane memang sangat
berbeda dibandingkan kaum akademisi maupun kaum indonesianis. Begitu juga
narasinya yang sepintas cukup berbeda dibandingkan karya-karya akademisi
mengenai sejarah kontemporer Indonesia.
Akan tetapi, kekurangan dari buku ini ternyata telah dipahami
terlebih dahulu oleh Max Lane. Beberapa pertanyaan mengenai sejarah pada masa
otoritas tidak akan dituntas oleh Lane. Sejarah masa depan tidak mungkin persis
sebagaimana yang kita angankan sekarang. Yang dia tuliskan cukup dengan
menggeledah masa lalu, guna menemui indikasi-indikasi apa yang terabaikan dan
apa dampak terhadap gerakan sejarah indonesia selanjutnya.
NF