Seorang mahasiswa Universitas
Sumatera Utara (USU) dikeroyok Satuan Pengaman (Satpam). Akibat pemukulan
brutal tersebut, Immanuel Saliban yang juga mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) terkapar di rumah sakit.
Salah seorang saksi mata,
Wankhairiza bercerita tentang kronologi kejadian tersebut. Sebagaimana dikutip
dari laman www.suarausu.co, Rabu (18/10)
sekitar pukul 22.00 seorang Satpam bernama Slamet Riadi datang menemui Immanuel
yang tengah asyik bermain futsal. Kedua pun terlihat tengah berbicara serius.
Temannya di lapangan futsal Ia acuhkan. Tak lama kedua pun terlibat cekcok.
“Suasana memanas terjadi baku hantam,” tutur Riza yang juga pegawai Bagian
Perlengkapan di FIB USU.
Melihat perkelahian antara Immanuel
dan Slamet, beberapa mahasiswa pun datang mencoba melerai. Setelah dilerai
akhirnya perkelahian pun dapat diamankan. Lebih lanjut, Riza dan beberapa
mahasiswa FIB meminta Slamet dan Immanuel untuk meninggalkan kampus.”Kami
menyuruh mereka bubar. Agar kondusif,” tambah Riza.
Sayang, duel malam itu pun belum
usai. Dendam tampaknya masih menyala. Pasalnya, keesokan harinya, adu jotos
kembali terulang. Salah satu teman Immanuel, Frima pun mengisahkan. Ia dan
Immanuel pada Kamis pukul 23.00 WIB sedang mengendarai sepeda motor melewati
Jalan Alumni—dekat pos Satpam—. Mereka bermaksud pulang ke kontrakan
masing-masing setelah melaksanakan kegiatan jurusan seharian. Tapi, alangkah
terkejutnya Frima, tiba-tiba sekelompok Satpam USU datang mengerumuni mereka
dari belakang. Menurut Frima, kala itu sekitar lima sepeda motor mengejar
mereka.
Rasa khawatir pun muncul. Tanpa
pikir panjang, Frima pun langsung tancap gas. Setelah kejar-kejaran, Frima dan
Immanuel pun terjatuh di pintu masuk FIB. “Nuel langsung bangun. Ia melarikan
diri,” tutur Frima, Jumat (20/10). Sayang, nasib nahas menimpa Immanuel. Ia
tertangkap dalam pelarian. Secara membabi buta dipukuli oleh beberapa orang Satpam
USU.
Di sisi lain, seorang saksi pun
melihat tatkala Immanuel tertangkap pada Kamis (19/10). Celmon Simanjutak,
mahasiswa FIB secara terbata-bata mengungkapkan kejadian tragis itu. Ia pun
mencoba mengingat secara detail. Sesekali terlihat Ia memejamkan mata dan
menghirup napas. “Nuel dipukuli beramai-ramai pake balok kayu dan
pentungan,” tuturnya sembari menundukkan kepala. Terlihat getaran di bibirnya.
Tak lama kemudian Ia mengangkat kepalanya. Menyusun ingatan untuk mengungkap
peristiwa itu. Setelah dipukuli, tiba-tiba
datang mobil patroli USU –notabenenya dikendarai Satpam— ke lapangan futsal FIB tempat Nuel dipukuli.
“Mereka menyeret tubuh Nuel yang tak berdaya masuk ke dalam mobil. Ia diseret
dengan dililitkan rantai ditubuhnya. Dalam mobil pun Ia masih tetap dipukuli
laiknya binatang. Tanpa ampun,” tutur Celmon sebagaimana dikutip dari laman
resmi Suarausu.com.
Alhasil Nuel pun sempat menghilang
setelah dibawa pergi menggunakan mobil patroli. Beberapa mahasiswa yang melihat terjadinya
pengeroyokan langsung mendatangi Pos Keamanan USU untuk melakukan aksi dan
meminta penjelasan terkait keberadaan Nuel. Wakil Gubernur FIB Zeco HS Pardede mengatakan
masa aksi tergabung dari beberapa mahasiswa di fakultas USU.
Lebih lanjut menurut Zeco mahasiswa
melakukan aksi untuk menuntut klarifikasi dan penjelasan terkait penangkapan
mahasiswa yang bernama Nuel. “Kami ingin mengatahui keberadaan kawan kami,”
ungkapnya, Jum’at (20/10).
Setelah Mahasiswa melakukan aksi di
depan Pos Keamanan USU, lima orang satpam pun diamankan oleh Kepolisian Resor
Kota Besar (Polrestabes) Medan. Kelimanya pun menjalani pemeriksaan terkait
pengeroyokan pada mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Kepala Subbagian
Operasional D. Sembiring Ihwal penangkapan lima satpam untuk dimintai
keterangan terkait keberadaan Nuel. Lebih lanjut Ia tidak mengatahui bagaimana
proses penangkapan lima orang satpam oleh kepolisian.“Saya cuma dapat laporan
bahwa lima orang satpam telah diamankan oleh kepolisian,” Jelasnya seperti
dikutip dari laman Suarausu.co.
Terkait pengeroyokan Wakil Rektor V
USU Luhut Sihombing angkat bicara. Ia berkata akan menindak tegas kepada satpam
yang melakukan tindakan pengeroyokan pada mahasiswa. Di samping itu, Ia pun
tengah menunggu hasil pemeriksaan dari Polrestabes Medan.
Menurut Luhut tindakan satpam
sangat tidak layak, apalagi pihak rektorat tidak pernah memerintahkan Satpam
USU untuk melakukan tindakan kekerasan kepada mahasiswa. “Enggak bisa dia
melakukan kayak begitu,” tegasnya, Jum’at (20/10).
Akibat Penggeroyokan tubuh Immanuel
terbaring di Rumah Sakit Colombia. Badannya mengalami luka-luka. Rasa sakit
menjalar disekujur. Hingga berita ini diturunkan pihak keamanan—Satpam USU—enggan
berkomentar. Pesan via WhatApp dan telepon telah dilayangkan. Namun hasilnya
nihil.
Kondisi Korban
Nuel pun saat ini tengah menjalani
perawatan setelah mengalami pengeroyokan oleh beberapa satpam. Berada di RS
Colombia sejak Jum’at (20/10). Kondisi Nuel belum juga sadar sepenuhnya dan
masih merasakan sakit disekujur tubuhnya. Pihak dokter menyampaikan bahwa Nuel
masih dalam kondisi kritis.
Seperti dikutip dari laman resmi
Suarausu.co, Adik Kandung Nuel, Regina Saliban dengan mata yang berkaca-kaca menceritakan
kondisi kakaknya saat ini. Menurutnya Nuel masih harus menjalani perawatan
intensif. Bahkan sesekali Ia melihat Nuel berusaha untuk melepaskan infus yang
melekat ditangannya karena tidak kuat menahan rasa sakit. Namun pihak dokter
menyarankan tangan dan kaki Nuel untuk diikat agar Ia tidak begitu banyak
bergerak. “Nuel sekarang jadi susah tidur serta terus menerus meintih kesakitan,
Ia bahkan meminta pulang ke rumah karena tidak nyaman berada di rumah sakit”
tuturrnya, Senin (23/10).
Lebih lanjut Regina masih belum mengetahui
bagaimana kondisi bagian otak yang terluka yang dirasakan oleh kakaknya. “Kita
sekeluarga baru melihat bagian tubuh Nuel yang terluka namun saat ini kita
belum melakukan pemeriksaan pada otak kepala Nuel apakah terluka cukup parah,”
ungkapnya, Senin (23/10). Melihat kondisi kakaknya saat ini, Regina hanya
berharap agar kondisi kakaknya bisa kembali normal serta masalahnya bisa
selesai.
DS