Dugaan penyelewengan jabatan oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) Prof. Dr. Djaali menjadi perbincangan hangat di kalangan akademik. Praktik
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) hingga plagiarisme jadi perbincangan utama
dalam Diskusi Terbuka yang diadakan oleh gabaungan mahasiswa Forum Militan dan
Independen (FMI) dan Lembaga Pers Mahasiswa Didaktika di Teater Terbuka UNJ,
Kamis (14/9).
Dalam diskusi tersebut, Aulia Daie Nichen memaparkan
kejanggalan-kejanggalan pihak rektorat terutama dalam pengangkatan dosen hingga
kasus plagiarisme. Sebagai Koordinarot FMI UNJ, Nichen menjelaskan dugaan adanya
tindakan KKN yang dilakukan oleh Rektor UNJ, Djaali. Dugaan ini didasarkan pada
pengangkatan keluarga Djaali menjadi staf di UNJ yang tidak wajar.
Bagaimana tidak, sebagian besar kerabat Djaali menduduki posisi penting
di dalam struktur UNJ. Mulai dari pengangkatan Nurjannah salah satu dari dua
anak Djaali yang diangkat menjadi Kepala Pusat Studi Wanita dan Perlindungan
Anak. Lalu, anak kandung Djaali yang lain, Baso Maruddani yang menjadi Staf
Keuangan dan sekretaris pribadi rektor.
Adapun menantu Djaali yang seorang dokter, Bazzar Ari Mighra diangkat
menjadi Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan. Selain tidak sesuai dengan
kompetisinya, Bazzar yang sudah melanjutkan masa studinya sebelum menjadi
sorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dinilai telah menyalahi administrasi.
Seharusnya, untuk menjadi dosen dan melanjutkan masa studinya, Bazzar haruslah
menjadi seorang PNS terlebih dahulu.
Selain itu, Tindak plagiarisme menjadi bahasan yang tak kalah ramai
didiskusikan. Hal ini dikarenakan adanya surat keputusan rektor yang
mengizinkan adanya plagiarisme sebanyak 40 persen. Pemimpin Redaksi LPM
Didaktika, Yulia Adiningsih menjelaskan meskipun tidak secara tertulis
diperbolehkan 40 persen, tapi pada praktiknya dosen memperbolehkan plagiarisme
sebanyak 40 persen. “Hal inilah yang membuka peluang bagi para mahasiswa maupun
mahasiswa pasca sarjana untuk melakukan tindak pagiarisme,” tambah Yulia saat
berorasi di Teater Terbuka UNJ.
Salah satu praktek plagiat yang ditemukan oleh Tim Evaluasi Kinerja
Akademik jatuh kepada Nur Alam, yang di terindikasi melakukan penyalinan bahan-bahan
disertasinya dari internet yang kebanyakan berasal dari blogspot. Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara ini, juga menjiplak
tugas akhir mahasiswa Diploma 3 Universitas Sebelas Maret.
Permasalahan di universitas terkemuka di Jakarta ini, nyatanya tidak
berhenti sampai disini. Permasaahan lain juga mewarnai UNJ, seperti halnya
keterlambatan pembagian almamater angktan 2016 hingga 2017, permasalahan lahan
parkir, pemindahan pedagang kantin, hingga kebebasan untuk berdiskusi.
Sekertaris Umum Redaksi LPM Didaktika UNJ, Hendrik Yaputra menuturkan
bahwasannya pada suatu waktu kegiatan diskusi yang diadakan di Fakultas Bahasa
dan Seni (FBS). “Saat itu kita sedang diskusi di FBS, lalu staff kampus datang
untuk membubarkan diskusi. Karena diskusi kami dikhawatirkan mengarah kepada
radikalisme,” ujar Hendrik yang juga menjadi pembicara, Kamis (14/9).
Dosen Usaha Jasa dan Pariwisata, Budiarti merespon baik acara diskusi
terbuka ini, “saya mendukung penuh diskusi ini dan tugas para pemuda untuk
membenarkan,” ujarnya saat ditemui seusai mengikuti diskusi, Kamis (14/9).
Dosen yang telah mengajar sejak tahun 1983 ini, mengungkapkan bahwasannya
dirinya melihat sendiri UNJ yang semakin hari semakin mengalami kebobrokan.
FMI sebagai salah satu penggerak dalam diskusi ini sendiri, hadir
sebagai wadah yang lebih besar bagi para mahasiswa yang ingin menuturkan
aspirasi dan kritiknya terhadap UNJ. Dengan begitu perubahan ke arah yang lebih
baik dapat segera terjadi di UNJ.
ND