Pengenalan
Budaya Akademik dan Kemahasiswaaan (PBAK) menjadi momentum yang sakral,
khususnya bagi mahasiswa baru (maba) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. PBAK yang seharusnya digunakan sebagai ajang perkenalan,
kini mulai disalahgunakan. Pasalnya, ada dua maba yang mengaku menerima
tindakan pelecehan seksual. Mirisnya, terduga pelaku pelecehan seksual adalah
panitia PBAK.
Kejadian
pelecehan seksual tersebut terjadi pada hari pertama PBAK, Senin (21/8). Kala
itu, salah seorang korban maba Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
berinisial YCA mengalami demam. YCA pun tak sungkan meminta Mahasiswa
Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan Hukum (FSH) dengan inisial AS
(terduga pelaku) menjenguknya. Sebelumnya, mereka memang telah saling mengenal
melalui pesan singkat. AS sendiri pun mengaku kepada YCA bahwa dirinya adalah
maba.
Namun
nahas, dalam pertemuan tersebut YCA justru mendapat perlakuan yang tidak
senonoh dari AS. AS merayu YCA dengan nada menggelitik. “Kamu cantik. Jangan senyum terus, nanti abang bisa
diabetes,” begitu kira-kira yang dikatakan AS kepada YCA.
Usai
kejadian tersebut, YCA bercerita kepada temannya yang juga merupakan maba
Program Studi Perbandingan Mazhab FSH Rafly Baihaqi Rainaldi. Kepada Rafly, YCA
menceritakan kronologis tindakan asusila yang dialaminya sepulang dari gladi
resik PBAK. Mendengar pernyataan YCA, Rafly pun seketika kaget tentang apa yang
telah dialami temannya.
Lebih
lanjut, Rafly menceritakan apa yang telah diperbuat AS kepada temannya saat di kos.
“YCA mengaku kepada saya bahwa AS telah memegang tangannya kemudian menciumnya,
bahkan AS menyentuh pipi serta hidung YCA,” terangnya, Rabu (30/8).
Intimidasi
Terhadap Saksi Korban
Cerita
terkait pengakuan pelecehan seksual terhadap YCA tersebut akhirnya sampai ke
telinga AS. Terduga pelaku pun merasa geram terhadap YCA hingga
mengirimkan pesan bernada emosional. Akhirnya menurut pengakuan Rafly, lewat
Ketua Panitia PBAK FSH ia pun dipertemukan oleh AS di basement FSH
Minggu (27/8).
Sebelum
pertemuan terjadi, ada beberapa kejanggalan yang dirasakan Rafly. Kala itu
Rafly memarkirkan kendaraannya di depan Kafe Cangkir dengan keadaan kunci masih
tertinggal di motor. Ia tak khawatir, karena lokasi tak jauh dari tempat
pertemuan. Tak lama kemudian, salah seorang panitia PBAK FSH mendatangi dan
mengajaknya ke basement FSH.
Di
tempat tersebut telah banyak berkumpul panitia PBAK FSH, termasuk AS. Namun,
dalam pertemuan tersebut Rafly tiba-tiba kunci motornya tak lagi terlihat.
Salah seorang panitia PBAK FSH lalu mengancamnya. “Dalam kurun waktu 24 jam
nama AS harus bersih kembali,” cerita Rafly dengan rasa takut, Rabu (30/8).
Setelah
itu, AS meminta pertanggungjawaban dari Rafly terkait menyebarnya berita
pelecehan seksual. Salah satu panitia
PBAK FSH meminta Rafly untuk membacakan pesan broadcast yang sebelumnya
telah dibuat oleh panitia. Pesan tersebut berisi klarifikasi bahwa berita yang
telah tersebar adalah bohong. Bahkan, salah seorang dari mereka merekam
ungkapan yang dibacakan oleh Rafly.
Di
sana Rafly merasa telah diintimidasi oleh pihak panitia PBAK FSH. “Saya disuruh
untuk memberikan klarifikasi bahwa berita yang menyebar, yang menyangkut atas
nama AS adalah bohong,” tuturnya, Rabu (30/8).
Tak
hanya itu, Rafly pun dipaksa untuk membuat surat pernyataan bermaterai. Di
dalam surat tersebut, Rafly disuruh menirukan redaksi yang telah dibuat oleh
panitia PBAK FSH. Surat tersebut dibuat dengan tulisan tangan Rafly dan
dibubuhi materai. “Saya merasa takut karena masih maba dan waktu itu sendirian, apalagi dikerumuni oleh
komplotan senior,” jelasnya, Rabu (30/8).
Barulah
ketika surat pernyataan selesai dibuat oleh Rafly, panitia PBAK tersebut
memberi tahu letak kunci motor Rafly. Salah seorang panitia menyuruhnya untuk
mencari kunci motornya di bawah tanaman
sekitar besment FSH. “Kuncinya ketemu di bawah dedaunan,” kata Rafly,
Rabu (30/8).
Rekaman
suara Rafly beserta surat pernyataan bermaterai tersebut digunakan oleh pihak
AS untuk menutupi kebenaran berita tentang dirinya. Setelah rekaman dan surat
pernyataan tersebar, publik pun mengira bahwa berita tersebut hanya ujaran
kebencian bahkan berita bohong.
Pihak
Ketua Panitia PBAK FSH Rifati Hanifa pun membenarkan jika AS merupakan salah
satu panitia PBAK FSH. Namun, dirinya membantah jika terjadi intimidasi yang
dilakukan oleh pihak panitia PBAK FSH kepada Rafly.”Sampai sekarang saya belum ada kabar mengenai itu.
Jadi saya anggap tidak ada intimidasi,” tulisnya via WhatApp, Kamis, (31/8).
Bantahan
Terhadap Berita Hoax
Salah
seorang korban lain AS pun angkat bicara. Maba Jurusan Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DD, membantah bahwa berita klarifikasi yang
disebarkan adalah bohong. Ia mengaku mengenal AS sebelum PBAK dari grup Line
maba. Terduga pelaku (AS) masuk dalam grup Line maba beberapa fakultas.
“Orang-orang menganggapnya hoax, tapi bagaimana? Saya juga salah seorang
korbannya,” ujarnya, Rabu (30/8).
Awalnya,
DD mengaku bertemu AS pertama kali di Student Center. Keesokan harinya, tepat
pada Rabu (16/8) AS mengajak DD untuk bertemu kembali di Pusat Perpustakaan (PP). Berdalih alasan ingin mengambil gambar, DD pun mengalami perlakuan yang
tidak mengenakkan. “AS mencoba mencium pipi saya, namun saya menolak dengan
melempar handphone ke wajahnya,” katanya, Rabu (30/8).
Melalui
sidang audiensi, para korban mengajukan pengaduannya. Ditemui lantai 2 gedung
Kemahasiswaan, Pembina Lembaga Kemahasiswaan Trisno Muhammad Riyadhi ikut
berkomentar. Ia menegaskan bahwa permasalahan ini akan segera ditindaklanjuti.
Ia juga mengimbau agar para korban tidak merasa takut untuk melaporkan dengan
ancaman apapun. “Kami meminta laporan tertulis dari para korban, selanjutnya
akan kami back up,” tegasnya, Rabu (30/8).
AS
terduga pelaku pelecehan seksual enggan memberikan konfirmasi terkait kasus
yang melilitnya. Pesan singkat pun telah dilayangkan. Hingga berita ini
diturunkan, Ia lebih memilih bungkam.
DS,SHR