Nomor Induk Mahasiswa (NIM) merupakan hal penting yang harus dimiliki
setiap mahasiswa.
Namun hingga pelaksanaan PBAK 2017 berlangsung, mahasiswa baru (maba)
asing Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta belum juga
meliliki NIM.
Terhitung sejak Juni lalu, Ayuba Jorbateh mahasiswa baru asal Gambia Afrika
Barat telah menempati Ma’had Al-Jami'ah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maba asing yang mendapat beasiswa rektor ini belum juga mendapatkan NIM.
Hal ini membuat Ayuba bingung mengenai status kemahasiswaannya di UIN Jakarta.
“Saya tidak mendapatkan NIM,” tuturnya
saat ditemui di lobi Ma’had Al-Jami'ah UIN Jakarta, Minggu (20/8).
Hal serupa juga dialami Mohamed Abdi maba asing Program Studi
Kejuruan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Mahasiswa asal
Somalia ini juga belum mendapatkan NIM. Kendati demikian, ia diperintahkan
Pusat Layanan Kerjasama Internasional (PLKI) untuk mengikuti PBAK guna mendapatkan
sertifikat sebagai syarat wajib mengikuti kegiatan perkuliahan. “Saya diarahkan
untuk ikut kegiatan (red: PBAK) ini saja,” ujarnya, Senin (21/8).
Kejadian serupa juga terjadi pada tahun 2016 silam. Maba asing yang juga berasal dari Gambia,
Omar Samba mengaku, Ia dan 57 maba asing lainnya mendapatkan NIM setelah proses
perkuliahan dimulai. “Saya tidak tahu apa penyebabnya, kami baru tahu ketika
dipanggil ke kantor mahasiswa asing,” ujar dirinya saat ditemui di lobi Ma’had
Al-Ja’miah UIN Jakarta, Minggu (20/8).
Menanggapi permasalahan NIM maba Asing, Koordinator
Mahasiswa Asing UIN Jakarta Novi angkat bicara. Menurutnya permasalahan
tersebut disebabkan oleh beberapa kesalahan teknis, salah satunya kendala
komunikasi. “UIN sudah menghubungi maba asing melalui surat elektronik. Tapi,
mereka lambat membalas,” ungkapnya, Senin (21/8).
Tak hanya itu, Novi melanjutkan, masalah komunikasi berimbas pada kurang
lengkapnya persyaratan dokumen yang harusnya dipenuhi. Bahkan, maba asing
banyak yang salah mengunggah dokumen dan foto sehingga berujung pada
keterlambatan pemberian NIM. Maba asing akan mendapatkan NIM apabila pihak
akademik telah menerima semua dokumen. “Persyaratannya harus dilengkapi dulu,”
ujar Novi saat ditemui di kantor PLKI di Gedung Rektorat lantai satu.
Meskipun begitu, Novi pun mengatakan maba asing tetap harus mengikuti PBAK.
“Kami berpegang pada SK Rektor yang kemudian membuktikan mereka sudah resmi
menjadi mahasiswa UIN Jakarta,” ujar Novi di Gedung Rektorat. Namun tak
dipungkiri, dari 29 maba asing, salah satu maba asal Timor Leste tidak
mengikuti PBAK karena belum ke Indonesia.
Kurangnya informasi dan sosialisasi kegiatan PBAK 2017 dinilai menjadi
permasalahan yang dialami maba asing. Berdasarkan keterangan Abdi, Pihak PLKI
hanya menginformasikan terkait jadwal dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
PBAK. Ia dan teman maba asing lainnya merasa kesulitan mencerna informasi yang
diberikan PLKI karena cenderung menggunakan pengantar Bahasa Indonesia. “Saya
mengalami banyak kesulitan” ungkap Abdi, Senin (21/8).
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan
Kerjasama,
Zaenal Arifin mengatakan maba asing yang belum mendapat NIM dikarenakan kedatangan mereka terlambat, sehingga SK mereka baru dapat di proses. Zaenal menduga dana Beasiswa Rektor tidak langsung turun. “Untuk mahasiswa asing terkendala masalah teknis,” katanya, Selasa (22/8).
Zaenal Arifin mengatakan maba asing yang belum mendapat NIM dikarenakan kedatangan mereka terlambat, sehingga SK mereka baru dapat di proses. Zaenal menduga dana Beasiswa Rektor tidak langsung turun. “Untuk mahasiswa asing terkendala masalah teknis,” katanya, Selasa (22/8).
Menyoal maba asing, Ketua Panitia PBAK 2017 Muhammad Wahiddin baru mendapat
informasi mengenai hal tersebut ketika Rapat Koordinasi PBAK di Ruang Sidang
Utama Gedung Rektorat lantai dua, Jumat (18/8) lalu. Wahiddin mengatakan ada
miskonsepsi dengan pihak Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Yusran Razak selaku penasihat
PBAK. Sehingga panitia tidak melakukan persiapan khusus untuk maba
asing.
Terkait miskonsepsi, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak tidak banyak bicara. Namun, Ia mengharapkan ke depannya lebih
banyak mahasiswa asing yang menjadi mahasiswa UIN Jakarta. “Semoga lebih banyak
partisipasi mahasiswa asing,” tutupnya, Senin (21/8).
MRIM & ND