Penderita gangguan bipolar sering bermasalah dalam hal pergaulan. Naik turunnya suasana hati yang cukup drastis menjadi masalah utama bagi si penderita.
Banyaknya penderita bipolar di tengah masyarakat menjadi alasan
berdirinya komunitas Bipolar Care Indonesia (BCI). Salah satu masalah kejiwaan
ini cenderung mengalami penolakan karena perubahan emosi yang drastis ini sukar
ditebak gejalanya. Tak sedikit penderita justru menyendiri dan mengurung diri
dari lingkungan sekitar.
Komunitas BCI ini bertujuan untuk mewadahi orang dengan bipolar
(ODB) dan siapa saja yang peduli dengan bipolar. "Bukan untuk menjadi crisis
center yang menangani penderita bipolar," tutur Wakil Ketua BCI Vindy
Ariella, Kamis (11/5). Komunitas ini bukan seperti rumah sakit yang
menyembuhkan penderita, namun untuk mewadahi orang yang peduli terhadap
penanganan bipolar.
Bipolar merupakan salah satu gangguan jiwa, jelas Vindy, yang
ditandai dengan perubahan suasana hati (mood) yang ekstrem. Seorang bipolar
dapat mengalami manik dan depresi yang tidak terkendali. Perasaan senang
berlebih dan depresi ini memiliki pola yang sama dalam peningkatan atau penurunannya.
Selain itu, durasi saat kambuh pun berbeda antara penderitanya.
Faktor penyebab bipolar bisa dari keadaan biologis, genetik,
psikologis, dan lingkungan seseorang. Diagnosis penderita bipolar hanya bisa
dilakukan oleh psikiater. Terapi idealnya dilakukan dengan menggunakan
kombinasi dari obat-obatan, psikoterapi, spiritual serta dukungan dari
lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, dan pasangan. Sebagai wadah untuk
bipolar, Komunitas BCI berperan mendukung proses penyembuhan bipolar ini.
Bentuk dukungan yang diberikan pun beragam, mulai dari memberikan
informasi seputar bipolar, tips-tips mengatasi bipolar, serta kegiatan yang
menunjang kepulihan. Salah satu kegiatan pendukung ini adalah Art Therapy
yang menyediakan sarana pentas seni teater, seni lukis, serta menulis. Anggota
komunitas pun sering berkumpul dengan anggota komunitas lainnya yang digunakan
untuk saling berbagi informasi mengenai bipolar.
Komunitas BCI ini tidak hanya dikhususkan untuk penderita bipolar
saja, sebagian besar masyarakat umum yang peduli terhadap penderita bipolar pun
dapat berperan aktif. “Yang ingin bergabung dengan BCI bisa bergabung di grup
facebook “Bipolar Care Indonesia” atau follow Instagram “bipolarcare.indonesia”
atau bergabung dalam grup whatsapp,” ucap Vindy.
Dalam perjalanannya, komunitas BCI mengalami banyak perkembangan. Menurut
Vindy banyak masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap bipolar. Tapi tidak
sedikit juga yang tidak mendukung dan bersikap masa bodo dengan keberadaan
komunitas ini. Kebanyakan yang peduli adalah yang memiliki sanak saudara yang
memiliki gangguan bipolar juga. “Sedangkan yang lain kalau ada acara mereka
asal lewat saja,” keluh Vindy.
Tak putus asa, Vindy serta rekan komunitas yang lain pun banyak
menjalin kerjasama untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan komunitas BCI. Misalnya,
kegiatan psikoterapi kelompok yang didukung oleh Ikatan Psikolog Klinis
Indonesia. Selain itu psikoedukasi yang bekerjasama dengan RS Marzuki Mahdi
Bogor.
Sebagai salah satu anggota komunitas BCI Bandung yang akrab disapa
Ica mengungkapkan mengalami kesulitan dalam hal pergaulan. Tidak sedikit orang
yang memahami kondisinya sebagai penderita bipolar. “Melalui komunitas ini saya
merasa ada teman, hingga jika punya masalah bisa mencari solusi bareng,”
ungkapnya, Jumat (12/5).
Selain itu, wanita asal Bandung ini merasa ada teman senasib dan
sepenanggungan setelah mengikuti komunitas BCI. Dengan bergabung dalam
komunitas Ia mendapat tempat untuk membantu sesama penderita bipolar agar bisa
mengontrol emosi serta stabilnya jiwa. “Bisa membuat mereka yang tadinya
badmood jadi kembali senang,” pungkasnya.
Yayang Zulkarnaen
Yayang Zulkarnaen