Perkembangan media sosial memunculkan pelbagai kebiasaan dan hobi baru bagi sebagian mahasiswa. Menjadi kreator video pun menjadi salah satu trend baru.
Tatkala mengetik Tika
Bravani-Hidup Aman Vs Hidup Zeru#EQVLOG di Youtube, seketika dari balik video
akan muncul dua orang dengan mengenakan
pakaian berwarna putih. Dalam video berdurasi 10 menit itu berisikan tentang
berbagi inspirasi kehidupan. “Sejak kapan mbak Tika menyukai dunia seni peran?,”
tanya sang lelaki. Sembari tersenyum, Tika menatap kamera dan bertutur bahwa sejak
dibangku sekolah tingkat lanjut Ia telah menyukai dunia peran. Demi mengasah
bakatnya dalam berakting, Ia pun mengikuti kegiatan ekstra .
Dalam proses perekaman video yang berkisar 10 menit
itu tampaknya dilakukan di salah satu taman ibu kota, Jakarta. Itu terlihat
dari suasana taman nan asri dan ramai. Pasalnya terlihat beberapa anak-anak dan
orang dewasa lalu lalang di belakang mereka. Diakhir video Tika berpesan untuk
tetap percaya pada kemampuan masing-masing. Tak perlu mendengarkan umpatan orang lain, cukup ikuti kata
hati. Tahap selanjutnya menumbuhkan rasa berani dari dalam diri.
Begitulah sebagian cuplikan
video yang diproduksi oleh Muhammad Faza Firdaus. Pekerjaan sebagai kreator
video telah ia lakukan selama enam bulan terakhir. Faza bercerita setiap pekan
ia berusaha untuk tetap konsisten memproduksi video. Ia pun memberikan kiat
membuat video. Langkah pertama yakni
menentukan tema cerita video. Kemudian berlanjut dengan menentukan narasumber.
“Narasumber saya usahakan publik figur. Walaupun agak ribet” katanya, Kamis
(11/5).
Menurt Faza setelah
proses perekaman, video tak langsung dipublikasi begitu saja. Hasil rekaman harus
diedit terlebih dahulu menggunakan aplikasi tertentu hingga diangap layak di
lepas ke media sosial. Dalam konten video bertajuk Hidup Zeru, Faza mengaku telah menghasilkan 30 video. Di dalam
rangkaian video tersebut Ia menyuguhkan para publik figur yang sukses dibidang
masing-masing. Lebih lanjut, para
narasumber pun memberikan inspirasi dan motivasi kepada penonton.
Berbeda dengan Faza yang
berbagi inspirasi lewat video, Zaky Fadli justru menggunakan media sosial
sebagai wadah untuk berbagi informasi game.
Ide itu berawal dari hobinya bermain game
yang bertajuk Seal Ounline Blades of
Destiny. Ia kemudian mulai berkeinginan berbagi trik dan pengalamannya pada
orang lain sesama pecinta game. “Setahu gue juga di Youtube belum ada video
yang menayangkan walktrough. Apa
salahnya mencoba menjadi yang pertama,”ujarnya ketika ditanyai di media
WhatsApp, Jumat (12/17).
Pada awalnya dalam
pembuatan video ia mengaku banyak menghadapi kendala. Salah satunya adalah
ketika proses mengedit video. Meski kesulitan, mahasiswa Jurusan Konsentrasi
Jurnalistik di UIN Jakarta ini
mengaku senang dengan kegiatan yang Ia lakukan. Terutama tatkala mendapatkan respon
positif dari penonton. Kini, setelah terbiasa,
Zaky tak lagi memikirkan kesulitan yang Ia hadapi dan semakin giat untuk memproduksi video. “Beberapa
orang bahkan ada yang bilang gue membocorkan trik rahasia game, tapi cuek saja,” ujarnya.
Lain Faza dan Zaky, lain
pula dengan Willa Afriyelni, Ia memanfaatkan video untuk menjajakan usaha
dagangan online miliknya. Menurut Willa di era internet sekarang, video dinilai
ampuh menarik pembeli. Tak hanya digunakan berdagang, sesekali Ia juga menayangkan
video tutorial kecantikan. “Dari
masker sampai mengenakan jilbab,” katanya Senin (15/05).
Namun sejauh ini Willa
mengaku belum memproduksi video secara rutin. Menurut Willa Ia merasa
kekeruangan ide kreatif dalam pembuatan video. Selain itu, kesibukan kuliah dan
mengurus dagang online menjadi
kendala utama. “Kekurangan tenaga untuk merekam
dan mengedit video yang masih mentah,” tutur mahasiswa Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Jakarta ini.
Menanggapi fenomena
mahasiswa yang aktif memproduksi video pendek, salah seorang produser film tanah
air yang juga dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Rijaluddin memberikan apresiasi
terhadap kreatifitas mahasiswa yang memamfaatkan perkembangan media sosial dengan
menjadi kreator video. Mengikuti tren bukanlah hal yang jelek. Selagi mahasiswa
tidak melakukan hal yang merugikan, mengembangkan potensi menurutnya sangat
disarankan.
Tak hanya itu, mahasiswa
bisa mengembangkannya sampai ke tahap finansial. Menurut Rijal potensi bisnis perfilman cukup menjanjikan.
Dengan terjun ke dunia film tak sedikit keuntungan materi yang bisa diraup. Meski
begitu Ia berharap mahasiswa tak sekadar terpaku dengan apa yang telah dicapai
sekarang.”Menggali lebih dalam pelbagai ide kreatif dalam pengambilan gambar,”
pungkasnya.
Aisyah Nursyamsi