Judul: Sold
Sutradara: Jeffrey D.
Brown
Produser: Jane Charles
Durasi: 1jam 34 menit
Rilis: 1April 2016
(USA)
Film India bergenre drama garapan sutradara sekaligus penulis
naskah Jeffrey D. Brown berhasil memukau para penontonnya. Bagaimana tidak,
film yang berawal dari kisah nyata ini mengisahkan sulitnya perjuangan seorang
wanita untuk bebas dari praktik perdagangan manusia. Sebagai gadis miskin
Laksmi harus rela menjadi pekerja seks komersial untuk melunasi hutangnya.
Berawal dari pesta yang ia hadiri, Laksmi bertemu dengan Bimla,
seorang wanita dari kota yang memakai banyak perhiasan. Bimla menghampiri
Lakshmi, memuji kecantikan dan kepiawaiannya dalam menari. Melihat Laksmi
tertarik dengan perhiasan yang ia kenakan, Bimla menawarinya bekerja di kota
bersamanya dengan imbalan besar. Bimla berhasil meyakinkan kedua orang tua
Lakshmi dengan kemampuan sandiwaranya bahkan sampai memberikan sejumlah uang
sebagai bujukan.
Setelah kedua orang tua Laksmi setuju dan mengijinkannya bekerja di
kota, akhirnya mereka bedua pergi ke kota Nepal. Setelah menempuh dua hari
perjalanan, tempat kerja yang dijanjikan
tidak sesuai harapan. Rumah bordil yang akrab disebut Happiness House itu
nyaris seperti tempat penyiksaan. Di sana terdapat banyak pekerja seks
komersial yang terpaksa menjajakan diri mereka.
Para pelanggan datang dari berbagai kalangan untuk memuaskan
hasratnya. Lakshmi selalu berusaha melakukan penolakan. Pelanggan pertamanya,
Varun digigit pipinya hingga bercucuran darah. Perlakuan ini menimbulkan kontra
dari pihak pemilik rumah bordil, sehingga ia menerima cambukan di telapak
kakinya dan dikurung di kamar. Selain itu, Mumtaz yang merupakan pemilik rumah
bordil juga menganggap Lakshmi berhutang padanya sebesar 30 ribu rupe karena
telah menyelamatkan nyawanya dari kecaman Varun.
Lakshmi banyak melawan kepada pihak pemilik rumah bordil, ia ingin
pulang. Mumtaz menjanjikan padanya, ia bisa pulang dengan syarat mampu melunasi
hutangnya 30 ribu rupe. Demi memenuhi hal tersebut, Lakshmi mengumpulkan uang
dari hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan kata hatinya tersebut. Namun
menengok argumen salah seorang temannya, perhitungan Mumtaz tidak seperti
anggapan Lakshmi. Pasalnya, Mumtaz mudah saja menambahkan hutang seseorang.
Argumen tersebut terbukti ketika Lakshmi menyelamatkan salah
seorang temannya dari seorang pelanggan laki-laki yang membawa pisau. Laki-laki
tersebut ingin membunuh. Melihat kenyataan tersebut, Lakshmi memukul kepala
laki-laki itu menggunakan botol kaca. Mumtaz dan beberapa pihak pengelola rumah
bordil merasa marah dan menambah hutang Lakshmi seribu rupe lagi.
Di suatu siang yang terik, seorang fotografer Amerika, Sophia
datang ke Nepal untuk pertama kalinya. Ia melewati Happiness House dan memotret
beberapa pekerja seks komersial yang tengah menggoda salah seorang lelaki.
Potret tersebut memberi inspirasi tersendiri bagi Sophia untuk mendalami
konflik itu lebih lanjut. Ia bersama kedua orang temannya Sam dan Vikram
bekerja sama menjadi investigator dan berusaha mengungkap kasus tersebut.
Merasa tertarik, Sophia kembali ke tempat itu dengan menyamar
menjadi wanita yang membagikan brosur. Keberadaan kamera sangat sensitif di
sekitar rumah bordil tersebut. Sophia melihat Lakshmi di jendela atas memohon
pertolongan kepadanya dengan melemparkan sebuah bulu ke arahnya. Melihat
fenomena tersebut, Sophia pun segera memotretnya dengan kamera kecilnya. Namun
aksi pemotretan tersebut diketahui oleh salah satu petugas, kamera Sophia pun
dibanting.
Kegiatan di Happiness House sangat tertutup, sehingga praktik
perdagangan manusia menjadi hal yang sangat sensitif. Untuk melakukan
penggrebekan pun perlu investigasi selama berminggu-minggu. Hal ini karena ada
protokol yang harus dipenuhi. Selain itu, mengetahui jalur masuk, jalur keluar,
dan tempat persembunyian pun menjadi hal yang sulit untuk diungkap. Hanya
orang-orang terpercaya yang mengetahui tempatnya. Berpegang dengan alasan tersebut,
tim investigator berusaha membuka kerjasama dengan pihak Happiness House,
kerjasama tersebut diwujudkan dengan mengadakan beberapa kali kunjungan ke
tempat tersebut.
Suatu malam, Vikram dan Sam menyamar menjadi pengunjung Happiness
House. Sam memilih Lakshmi sebagai wanitanya. Namun tak seperti pelanggan pada
umumnya, Sam memberi kartu nama yang beralamat di Fanaa Street, Hope House.
Banyak isu yang beredar di rumah bordil terkait ajakan orang Amerika. Sebagian
besar menganggap sangat berbahaya, karena isu tersebut terkait pembedahan yang
berujung pada penjualan organ-organ tubuh. Namun Lakshmi tidak lantas percaya,
baginya hidup di rumah bordil tetap lebih menyeramkan.
Keadaan luar yang sangat ramai karena adanya pesta penyembahan dimanfaatkan
Lakshmi sebagai aji mumpung untuk kabur. Ia menggantungkan tali panjang di
jendela kamarnya dan memakan cabai, ia bergegas turun. Langkah tersebut rupanya
terdeteksi oleh petugas rumah bordil. Setelah kepergok kabur, Lakshmi
menyemprotkan cabai yang dimakannya ke arah mata petugas. Seorang petugas lain
berusaha mengejar Lakshmi dikerumunan orang banyak, namun akhirnya dipukuli
karena ia dianggap mengganggu aktivitas pesta penyembahan. Lakshmi bersembunyi
di balik patung sesembahan. Kemudian ia kabur ke Fanaa Street, Hope House. Ia
mengetuk pintu, setelah itu Lakshmi bercerita tentang rumah bordil dan membeberkan
tempat persembunyian.
Penggrebekan dilakukan, Happiness House seakan tanpa persiapan
apapun. Skandal mereka terbongkar. Para petugas ditangkap dan para pekerja seks
komersial kabur. Para investigator membuka Hope House atau Rumah Harapan bagi
mereka yang memiliki nasib kurang beruntung. Rumah ini digunakan sebagai tempat
perlindungan. Selain itu, Hope House juga membuka sekolah dan pelatihan kerja. Mereka
berpindah ke Hope House dan hidup damai.
Film ini berhasil memerankan pentingnya kebebasan Hak Asasi Manusia.
Menumpas perdagangan manusia sangatlah penting, khususnya terhadap anak dibawah
umur. Dengan tampilan suasana yang sederhana, serta pemilihan latar dengan keadaan
kamar kecil, bersekat-sekat, dengan gemerlap lampu pada malam hari sangat
mendukung suasana rumah bordil. Hal yang lebih menarik ialah film ini
menyajikan seputar nilai-nilai sosial dan kemasyarakatan. Penyelesaian konflik
yang runtut dan bertahap membuat film ini layak dijadikan sebagai referensi film anda selanjutnya.