Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan
Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Nasionalis mengadakan aksi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik
Indonesia, Senin (22/5). Aksi massa tersebut melibatkan sekitar tujuh perguruan
tinggi, antara lain: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas
Pamulang, UIN Sultan Maulana, Banten, dan Sekolah Tinggi Ekonomi Bank Jakarta. Dalam
aksi tersebut massa menuntut pemerintah dan DPR bersinergi membenahi persoalan politik,
ekonomi, dan pendidikan Indonesia.
Massa BEM Nasionalis menuntut pemerintahan
Jokowi-Jusuf Kalla menepati pelbagai janji dalam kampanye yang tertuang dalam
Nawacita. BEM Nasionalis juga menilai bahwa janji dalam bidang politik belum
teralisasi. Hal itu terbukti bahwa situasi
politik nasional belakangan terlihat kacau-balau. Dalam segi ekonomi pun tak
jauh beda. Kesenjangan ekonomi semakin pincang antar si miskin dan si kaya. Terlebih
lagi, hutang luar negeri Indonesia pun kian hari kian meningkat.
Tak hanya itu massa aksi juga menuntut
pemerintah dan DPR untuk menuntaskan kasus Hak Asasi Manusia masa silam. Menurut
perserta aksi kasus itu penting untuk dituntaskan. Pasalnya hingga kini belum
terlihat keseriusan pemerintah dalam penuntasan pelanggaran masa silam. Padahal
penegakan hukum sering digaungkan oleh penguasa. “Kita menuntut keadilan hukum
di Indonesia,’’ tegas Koordinasi Lapangan Muhammad Aulia Rahman, Senin (22/5).
Ketua Korlap Muhammad Aulia Rahman mengatakan
bahwa aksi ini gelar berdasarkan keresahan mahasiswa melihat kondisi Indonesia
saat ini. Keprihatinan ini bukan hanya dirasakan oleh mahasiswa UIN Jakarta,
akan tetapi pelbagai kampus di Indonesia. Kondisi ini pun melahirkan
kesepakatan bahwa turun ke jalan menuntut pemerintah untuk mendengarkan
tuntutan mereka.
Menurut Rahman, bidang pendidikan salah
satu yang jadi sorotan. Pasalnya beberapa kampus dinilai melenceng dari
Undang-Undang Dasar 1945. Komersialisasi pendidikan marak terjadi di perguruan tinggi, termasuk UIN
Jakarta. Penerapan Uang Kuliah Tunggal menjadi bukti nyata bentuk
komersialisasi pendidikan. “UIN Jakarta mengalami terjebak dalam lingkarannya,’’ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA-U) UIN Jakarta Riyan Hidayat menambahkan, aksi kali ini
berangkat dari semangatnya reformasi. Tema aksi kai ini terbagi tiga
hal yakni semangat reformasi pendidikan, ekonomi, dan semangat reformasi untuk
politik. Namun, di antara masalah yang paling serius adalah komersialisasi
pendidikan. Pendidkan era reformasi menurut Ryan banyak yang melenceng dari
tujuan reformasi. “Pendidikan tidak ubahnya seperti pasar tempat mencari
keuntungan. Memperbanyak harta kekayaan,’’ tegasnya, Senin (22/05).
Senada dengan Riyan, Ketua DEMA UIN Sultan
Maulana Hasanudin, Banten, Rizki santika
mengungkapkan aksi ini dilakukan guna mengungkapkan keresahan dan kegundahan
mereka melihat realitas dalam negeri. Ini merupakan salah satu momentum bagaimana mahasiswa bisa ikut serta
menyampaikan aspirasinya. “Kegundahan yang terjadi hari ini harus segera diselesaikan
oleh pemerintah,” katanya, Senin (22/5).
Setelah melakukan aksi di depan gedung
DPR, massa pun bergerak menuju Istana Negera, markas Presiden Jokowi. Aksi di warnai
atribut demo dan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Di depan Istana peserta aksi
dihadang oleh polisi yang berjejer dengan senjata dan kawat berduri pembatas jalan.