![]() |
Sumber: www.bymakinov.blogspot.com |
Kekurangan biaya perkuliahan
menjadi hal yang tak bisa dipungkiri oleh sebagian mahasiswa Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka rela memutar otak demi
melanjutkan masa pendidikannya. Mengikuti Multi Level Marketing (MLM)
menjadi pilihan mahasiswa demi meringankan beban orang tua, khususnya masalah
keuangan.
Hal ini dirasakan oleh mahasiswa
Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta Nur Kholis Majid. 22 Agustus 2016 lalu, Nur
mulai mengikuti program MLM di PT. Melia Sehat Sejahtera (MSS). Awal mulanya,
dia diajak temannya untuk bergabung dalam seminar bisnis yang diselenggarakan
oleh PT Melia Sehat Sejahtera di gedung Kopertais, Ciputat, Tangerang
Selatan.“Acara ini memberikan motivasi kepada saya terhadap bisnis. Jadi saya
mulai tertarik,” ujarnya, Selasa (16/5).
Setelah bergabung menjadi anggota,
Nur mulai menawarkan sebuah produk MSS berupa bedak kepada orang-orang
dekatnya. Dalam sehari, Ia berhasil menjual produk sebanyak dua buah. Lama
kelamaan, hasil penjualan Nur semakin meningkat dari dua buah menjadi empat
buah. Dari penjualan itu, ia juga bisa memperoleh keuntungan Rp350 ribu per
hari.
Selain Nur, Abdur Rahman pun ikut
serta dalam MLM. Pada 25 Maret 2017 lalu, mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
(FSH) ini diajak temannya untuk mengikuti bisnis pulsa lewat Paytren. Saat itu,
Ia kebetulan tengah mencari kesibukan di sela-sela perkuliahannya. “Awalnya
saya kira Paytren itu penipuan,” tutur mahasiswa yang akrab disapa Rahman,
Kamis (18/5).
Setelah mengikuti Paytren,
teman-temannya pun mulai membeli pulsa lewat Rahman. Dalam sehari, Dia berhasil
menjual pulsa kepada tujuh temannya. Dalam sehari, ia bisa memperoleh
keuntungan sekitar Rp100 ribu. “Alhamdulillah bisnis ini terbukti tak ada
penipuan. Ternyata Paytren menguntungkan,” ungkapnya.
Berbeda dengan Nur dan Rahman,
Ainul Yaqin memilih tidak mengikuti MLM. Mahasiswa FU UIN Jakarta ini tak mau
tergiur dari ajakan teman-temannya. Alasannya, penerapan sistem MLM belum
terbukti jelas. Terlebih, metodenya hanya sekadar mengajak orang lain. “Lebih
baik saya berdagang gorengan daripada ikut MLM,” ujarnya, Senin (15/5).
Menanggapi MLM, Dosen FSH UIN
Jakarta Euis Amelia turut berkomentar. Menurut Euis, MLM adalah suatu mekanisme
dalam proses bisnis yang di mana metodenya memanfaatkan media dari satu orang
ke orang lainnya. Jika dilihat dari segi legalitas
perusahaan, MLM masih memiliki kejelasan, baik dari manajer maupun dari segi
barang. “MLM sendiri bisa memberikan lowongan pekerjaan sekaligus mengajari
cara berbisnis kepada masyarakat,” katanya di ruang Dekanat FSH UIN Jakarta,
Kamis (18/5).
Euis mengapresiasi apabila ada
mahasiswa yang turut serta aktif dalam kegiatan MLM. Selain bisa menambah
pundi-pundi uang, mahasiswa juga mulai bisa mengatur waktu dan mandiri dalam
berwirausaha.
Namun Euis tak menjamin bahwa semua
MLM itu legalitasnya jelas. Jika dilihat dari segi manajemen produknya, Euis
menganggap bahwa MLM itu hanya mengandalkan dari satu produk saja. “Oleh
karenanya, mahasiswa harus kritis dalam mengetahui produk-produk di MLM,” imbuhnya.
MS