Aksi menolak Pameran World
Tobacco Process and Machinery (WTPM) bukan hal baru dikalangan mahasiswa
kesehatan. Pada 2012 pameran WTPM diadakan pertama kali di Jakarta dengan nama World
Tobacco Asia dan menuai protes dari mahasiswa, panitia penyelenggara pada
saat itu berjanji untuk tidak mengadakan pameran yang sama lagi.
Seakan tak jerah, pada tahun 2014,
pameran tersebut kembali diadakan di Bali dengan tema yang berbeda Inter-Tabac
Asia. Berkat aksi yang dilakukan mahasiswa, pameran tersebut akhirnya
dibubarkan. Sayangnya, tahun 2016 lalu di bulan April WTPM kembali digelar,
yang membuat mahasiswa berusaha untuk membubarkan pameran tersebut, namun
sangat disesalkan aksi yang dilakukan mahasiswa tidak membuahkan hasil.
Tahun 2017 Aksi menolak pameran WTPM
terulang kembali dilakukan oleh beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Indonesia (UI), Universitas
Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKIM), Universitas
Yarsi dan perwakilan dari Universitas di Semarang.
Bukan tanpa alasan aksi yang digelar
kembali di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kebayoran, Jakarta. Peserta aksi
yang berjumlah 169 mahasiswa sangat menyayangkan diadakannya kembali pameran
WTPM. Menurut Manik Marganamahendra, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
(FKM), UI selaku Koordinator Lapangan (Korlap) “Pameran WTPM ini sangat
membahayakan bagi kesehatan, jika produksi rokok meningkat tentunya konsumen
rokok juga meningkat”tuturnya. Rabu (17/05)
Kekecawaan mahasiswa terhadap sikap
penyelenggara pameran WTPM yang tidak memikirkan angka perokok di Indonesia
yang sekarang menduduki peringkat 4 dunia. Membuat mahasiswa melemparkan boneka
pocong ke dalam gerbang. Mereka mengibaratkan boneka tersebut sebagai contoh
salah satu korban dari 21 yang meninggal perjamnya akibat rokok. Terlihat
dibalik pagar besi ada 12 polisi dan 3 satpam yang hanya mengawasi jalannya
aksi. Polisi sama sekali tidak melakukan perlawanan.
Peserta aksi berharap agar aksi
tahun ini menjadi yang terakhir. Muhammad Lutfi, ketua Himpunan Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat (HMPSKM), UIN menuturkan jangan sampai aksi
menolak WTPM ini menjadi agenda tahunan. Mengingat aksi juga pernah dilakukan
sejak 2012 silam. Dia sangat menginginkan agar aksi tahun ini mendapat respon
yang baik.
Ketegangan kembali terjadi, saat
pembawa acara yang Johan Bima Putra dan M. Arief Dalimunthe, mahasiswa FKM UI,
menginstruksi peserta aksi untuk lebih mendekat ke pagar JIExpo. Setelah itu,
ia mempersilahkan mahasiswa untuk berorasi sambil meneriaki “Kick WTPM.”
Di sela aksi Akbar Maulana, mahasiswa yang menyamar sebagai
penyusup di dalam pameran. Menceritakan bahwa di dalam ruangan pameran terdapat
sebuah mesin yang mampu memproduksi rokok sebanyak 400 hingga 750 batang
permenitnya.
Beda Akbar beda pula Julius Prabowo,
mahasiswa yang kini menjabat sebagai
ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) menceritakan kisahnya bisa masuk ke dalam pameran. Mereka mengelilingi
pameran dan merekam sambil memegang poster yang bertuliskan 21 korban yang
meninggal permenitnya akibat rokok.
Salah
satu peserta aksi, M. Al Ridho Prawira, mahasiswa kesehatan masyarakat, UIN
juga memiliki harapan besar dengan diadakannya aksi Rabu (17/05) tersebut.
Ridho menyarankan jika aksi hari ini tidak membuahkan hasil, maka perlu
diadakan aksi lagi. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh korlap aksi, Ia juga
berencana akan tetap melakukan aksi sampai pameran serupa tidak diadakan lagi
di Indonesia.
NF