Judul
Buku : Kim Jong-un: Si
‘Gila’ dengan Nuklir di Tangannya
Penulis : A. Yogaswara, dkk.
Penerbit
: Narasi
Cetakan : Pertama
Jumlah
halaman : 234 halaman
Tahun
terbit : September 2015
Kisah-kisah
para pemimpin diktator dari masa ke masa memberikan sebuah kesan yang tak luput
oleh zaman. Mulai dari Nero di Zaman Romawi, Hitler dari Negara Jerman, dan
Stalin dengan pengaruhnya di Negara Uni Soviet. Tak hanya kisah hidupnya yang
mencengangkan dunia melainkan ideologi mereka yang hingga Abad 21 masih
diterapkan di berbagai negara.
Adalah
Kim Jong-un pemimpin diktator Negara Korea Utara yang menerapkan beberapa
kebijakan terkenal kejam dan cenderung aneh. Seperti eksekusi mati pada Menteri
Pertahanan Korea Utara, Hyon Yong-chol dikarenakan tidur saat rapat. Selain itu
ia juga menghukum 10 pejabat yang kedapatan menonton drama dari musuh
bebuyutannya yaitu Negara Korea Selatan.
Tak
berhenti sampai di situ, pamannya dibunuh dengan mengumpankannya kepada anjing
serta bibinya dibunuh menggunakan racun. Demi mengamankan kekuasaannya, ia tega
membunuh keluarganya sendiri. Sampai ia mewajibkan seluruh rakyat Negara Korea
Utara memotong rambut ala Kim Jong-un. Ironis, tak ada satupun rakyat yang
berani memprotes tindakan sewenang-wenang anak bungsu Kim Jong-il ini.
Sikap
otoriter Kim Jong-un tak lain berawal dari kakeknya, Kim Il-sung juga Kim
Jong-il pemimpin Negara Korea Utara di masa sebelumnya. Saat kepemimpinan
mereka terkenal otoriter dan kerap menyengsarakan rakyat dalam beberapa kebijakannya.
Contohnya penerapan ideologi Juche, yaitu turunan dari ideologi Marxisme dan
Leninisme.
Ideologi
Juche pun diterapkan oleh Kim Jong-un sampai saat ini. Di mana praktiknya
ideologi ini bermakna bahwa Negara Korea Utara tidak membutuhkan negara lain. Imbasnya,
mereka merasa mampu untuk mengurus negaranya sendiri baik ekonomi, teknologi,
dan keamanannya. Menyebabkan Negara Korea Utara terisolasi dengan dunia kecuali
negara sekutunya yaitu Negara Tiongkok dan Rusia.
Lantaran
merasa terkucil dari dunia internasional, mulai dari masa pemerintahan Kim
Jong-il yang lebih menekankan kebijakan militer ketimbang ekonomi. Hal ini
tercermin dari beberapa program pembuatan rudal nuklir mulai dari jarak dekat
hingga jarak jauh 16.000 km. Imbas dari program nuklir ini banyak rakyat Negara
Korea Utara menderita kelaparan karena besarnya anggaran negara untuk militer.
Tak sedikit rakyatnya memilih pergi ke Manchuria, China.
Akan
tetapi, muncul perbedaan positif di masa pemerintahan Kim Jong-un. Dalam bidang
ekonomi dengan berkiblat pada sistem perekonomian China. Seperti, pemberian
kebebasan para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Bertujuan untuk membuat
perekonomian Negara Korea Utara lebih baik.
Gambaran
baru oleh penulis A. Yogaswara bahwa di balik kediktatoran para pemimpin Negara
Korea Utara nyatanya membuat rakyat lebih patuh dan mengakui kekuasaan
pemimpinya. Ia juga menyisipkan sisi baik dari seorang Kim Jong-un yang terkenal
negatif. Seperti ungkapan dari Machiavelli, bahwa seorang penguasa apabila
tidak dicintai oleh rakyat sebaiknya ditakuti, agar muncul sifat patuh pada
penguasanya.
FFA