Penggunaan barang bermerek bagi mahasiswa makin berani terbuka.
Konsekuensi dari perkembangan zaman yang menuntut kemewahan telah masuk ke
perguruan tinggi.
Bagi
Abdul Azis, mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
urusan penampilan bukan hanya bagaimana cara berpakaian, tetapi juga bagaimana
tampak keren dipandang orang lain. Demi memaksimalkan penampilannya sehari-hari
ia bisa merogoh kocek yang tidak sedikit untuk membeli barang-barang bermerek.
Saat
itu mahasiswa semester tujuh ini tengah asyik berdiskusi dengan teman kelasnya.
Sesekali, Azis (sapaan akrabnya) melirik Iphone 6 kepunyaannya sambil
membetulkan topi putih bermerek Nike yang dikenakannya hari itu. Ia mengakui,
betapa pentingnya akan sebuah penampilan tak terkecuali saat ke kampus.
“Penampilan itu bagi gua ya nomor satu,” ujarnya, Selasa (11/9).
Azis
menuturkan, tak jarang ia membelanjakan uangnya untuk membeli barang bermerek
istilah lain branded mulai dari jam tangan, sepatu, hingga gadget mahal
masa kini. Semua itu berguna untuk menunjang penampilannya walaupun harus
mengeluarkan uang hingga puluhan juta rupiah. Kebiasaan membeli barang mahal
tersebut diakuinya sudah berlangsung lama bahkan sebelum berkuliah di UIN
Jakarta. Tak sedikit mahasiswa menilai dirinya berlebihan dalam hal penampilan.
Hal
serupa juga terdapat pada diri Linda Noviyanti, mahasiswa Jurusan Bahasa dan
Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora. Terkait penampilan sehari-hari, ia
perlu menyelaraskan apa yang dikenakannya agar enak dipandang orang lain. Akan
tetapi, ia mengakui ada barang yang dijadikan koleksi yaitu tas mulai dari
harga Rp250 ribu sampai Rp2 juta ke atas.
Senada
dengan Linda, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Fajriyatul Laili pernah membelanjakan uangnya untuk membeli tas
merek “Kate Spade” seharga kurang lebih Rp3 juta. Serta tas merek “Guess”
miliknya yang juga berharga jutaan rupiah, seringkali barang-barang tersebut ia
kenakan ke kampus.
Terkait
batasan pengeluaran, Linda tidak mematok harga tersendiri namun pernah
mengeluarkan uang cukup besar untuk perawatan wajah mencapai Rp6 juta.
Selanjutnya, memiliki barang bermerek bukan hal yang disengaja tapi tergantung
pada kesukaan ditambah kenyamanan saat digunakan. “Kebetulan aja sih
yang disuka dan nyaman rata-rata bermerek,” sahutnya, Rabu, (12/10).
Begitupun,
Dzikrina Nur Fatimah mahasiswa Jurusan Ipol FISIP UIN Jakarta mengeluarkan uang
jutaan rupiah untuk membeli tas, sepatu karena tertarik akan barang tersebut.
Tak menutup kemungkinan ia membeli barang dengan harga murah. Ia mengakui bahwa
penampilan itu penting karena mencerminkan kepribadian seseorang. Terkait
aktivitas wajibnya yaitu berada di sebuah partai politik yang menuntutnya
berpenampilan baik.
Sayangnya,
dalam membelanjakan barang keempat mahasiswa ini masih menggunakan uang
orangtua. Namun, bagi Dzikrina ada beberapa barang yang ia beli dari hasil
kerjanya. Selain itu, Linda dalam hal pengeluaran belanja dan perawatan didapat
dari orangtua, walaupun pernah mempunyai onlineshop yang kerap kali
menghasilkan uang. Kendatipun telah mendapatkan persetujuan asalkan tidak
melebihi pengeluaran orangtuanya. “Ya setuju aja asal jangan lebih dari
pengeluaran mama,” ujarnya.
Berbeda
dengan Linda, Fajriyatul Laili yang akrab disapa Riri ini sebagian besar
menggunakan uang pribadinya. Walaupun masih mendapat uang bulanan dari
orangtua, ia kerap bekerja paruh waktu di akhir pekannya.”Ikut event gitu,
lumayan perharinya Rp250 ribu,” terangnya melalui pesan Whatsapp, Kamis
(13/10).
Kecenderungan
membeli barang-barang bermerek dengan harga mahal merupakan tren budaya barat.
Hal ini juga diamini oleh Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan, Yusron Razak.
Menurutnya, ini menjadi konsekuensi yang logis dari perubahan Institut Agama
Islam Negeri menjadi UIN. Pasalnya, perubahan tersebut berimbas pada masuknya
beragam latar belakang pendidikan dan berimplikasi pada corak gaya hidup
mahasiswa. “Kalo enggak ikut tren, enggak
gaul,” tegasnya, Rabu (12/10).
Eli Murtiana