Oleh Didin Sirojudin*
Indonesia
sebagai negara demokratis sangat menjunjung tinggi kebebasan berpendapat dan
memberikan ruang proses pembelajaran warganya dalam menyampaikan aspirasi demi kemajuan
dan kemakmuran negara. Mahasiswa selaku agent
of change dituntut untuk belajar dan mengaplikasikan pengetahuan yang
didapatnya untuk membawa manfaat besar bagi manusia, bangsa, dan Negara
Indonesia.
Tentunya
untuk menjadi aspirator, mahasiswa harus memahami dengan baik sistem
ketatanegaraan yang dianutnya dan sistem demokrasi yang dianutnya. Di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa
diberikan kesempatan belajar sebelum mereka mengaplikasikannya di berbagai
belahan nusantara ini.
Menutup
akhir tahun 2016 ini, UIN Jakarta akan menyelenggarakan Pemilihan Umum Raya
(Pemira). Dalam ajang Pemira, mahasiswa dituntut memaknai arti demokrasi yang
sesungguhnya dan melaksanakannya di lapangan. Hal ini merupakan perwujudan
demokrasi yang seutuhnya.“Dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa.”
Jelang
Pemira, tiap organisasi tengah bersiap mensolidkan barisan dengan melakukan
proses musyawarah, kongres, dan konvensi untuk mengganti dan menyusun tim pemenangan. Seperti
di tingkat Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang dikenal dengan Dewan
Pemenangan Jurusan (DPJ). Begitu pula Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) dan
Senat Mahasiswa (Sema) di tingkat fakultas dengan Dewan Pemenangan Fakultas
(DPF) dan universitas dengan Dewan Pemenangan Pusat (DPP).
Kesibukan
menjelang Pemira tidak hanya terjadi dalam tubuh organisasi saja. Sema-U juga
tengah membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU). Lewat KPU inilah akan tersusun
mekanisme Pemira. KPU senantiasa diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Banwaslu).
Sistem
perpolitikan kampus merupakan miniatur sistem perpolitikan di negara kita. Ada
lembaga eksekutif, legislatif, partai-partai, KPU dan Banwaslu. Kampus merupakan pembelajaran
yang sangat baik untuk pengetahuan sistem perpolitikan teruntuk mahasiswa.
Namun apakah seluruh mahasiswa memahami tugas, pokok dan fungsi dari
proses-proses yang sedang dijalaninya dalam momentum Pemira? Seberapa besarkah
keikutsertaan dan perhatian mahasiswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran
politik kampus?
Hasil survey organisasi
kemahasiswaan menyatakan, hanya mahasiswa yang aktif dalam organisasi intra
maupun ekstra kampus yang menaruh perhatiannya terhadap Pemira. Mereka yang
kurang paham terhadap perpolitikan kampus biasanya memosisikan dirinya sebagai the floating mass atau massa mengambang
dan mereka inilah massa terbesar dalam kampus ini yang terkadang dalam hajatan
besar pemira ini sering disebut-sebut simpatisan.
Seberapa besar peran mahasiswa
dalam setiap prosesnya merupakan bekal yang amat berharga bagi mahasiswa kelak
ketika dirinya akan menjadi bagian besar dalam perubahan bangsa dan negara
tercinta ini. Karena guru terbaik atau pembelajaran
yang baik adalan pengalaman.
*Presiden Dema-U UIN Jakarta Periode 2013