Suci Amalia
tengah berada di Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Jumat
sore (9/12) lalu. Ia ingin menemui temannya
yang berada di FSH. Setelah
menunggu setengah jam di lantai dasar, teman yang dinanti tak kunjung datang.
Ia pun memutuskan naik ke lantai dua FSH untuk mencari temannya tersebut.
Namun, alangkah
terkejutnya ketika tengah berada di lantai dua gedung FSH. Amal—biasa ia di
sapa—menyaksikan tak kurang dari 50 orang berkumpul di depan ruangan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Terlihat beberapa orang tengah duduk
menyaksikan pidato salah satu peserta aksi. Tangga menuju lantai tiga pun
tengah dipenuhi peserta aksi. “Kami minta keterangan dari KPPS,” terdengar
teriakan dari peserta aksi, ujarnya, Jumat (9/12).
Menurut
keterangan Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini, peserta aksi
bergantian melakukan orasi di depan
massa. Pada awalnya aksi berjalan dengan tertib tanpa ada kericuhan. Namun,
keadaan berubah mencekam sekitar tiga puluh menit kemudian. Pasalnya ada
seorang lelaki yang menyambar
pengeras suara ketika aksi tengah berlanjut.
Tanpa basa-basi lelaki yang memiliki tinggi sekitar 165 sentimeter itu berorasi
di depan massa. Tak terima dengan orasi pria tersebut karena diduga provokator,
massa aksi pun mengejar ke depan. Aksi saling pukul pun tak terelakkan.
“Kericuhan berlangsung sekitar 15 menit,” ujarnya.
Kepala Satuan
Pengamanan UIN Jakarta (Satpam) Satori mengungkapkan saat kericuhan terjadi, ia
sedang berada di Pos Satpam untuk berjaga. Beberapa saat kemudian, dirinya
menerima laporan dari KPU terkait kericuhan di FSH. Setelah mendapat laporan
itu, Satori dan enam orang Satpam lain bergegas menuju FSH untuk mengamankan
kericuhan.
Sesampai di FSH
ia mendapati adu mulut dan saling pukul antar mahasiswa terjadi di lantai dua
tersebut. Tanpa basa-basi Ia langsung maju ke tengah-tengah massa untuk melerai
keributan. Beruntung, keributan itu bisa diredam dalam waktu singkat. “Tak ada
korban jiwa, hanya beberapa orang yang mengalami luka lebam,” ujar Satori, Jumat (9/12).
Salah satu
peserta aksi Farid Prasetyo mengatakan mereka berkumpul di FSH menuntut keterbukaan KPPS dalam penyelesaian sengketa
terkait tidak diloloskan pasangan M. Fahmi dan Syahroni dari Hukum Ekonomi
Syariah serta pasangan Abdan Syaquro dan Ahmad Syauki Maky dari Prodi Hukum
Tata Negara. Mereka menduga terjadi kecurangan dalam proses verifikasi Pemira
2016 oleh KPPS FSH. “Pada awalnya kita ingin meminta keterangan dari KPPS,”
ujarnya, Jumat (9/12).
Menanggapi
kericuhan dan tuntutan massa aksi, Ketua KPPS FSH Adep Davega Prasna
menyampaikan bahwa pihaknya telah menjalankan tugas sesuai dengan prosedur dari
KPU. Lebih lanjut ia pun tidak dapat menerima gugatan dari dua pasangan calon
yang tak lolos verifikasi. “Tak ada kecurangan,” bantahnya di depan massa aksi,
Jumat, (9/12).
Ditemui di depan
gedung Student Center, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama FSH Yayan
Sofyan menyayangkan kericuhan yang terjadi FSH. Menurutnya, peristiwa ini tak
seharusnya terjadi dalam sistem demokrasi, terlebih di kalangan kaum terpelajar.
Lebih lanjut, ia pun meminta semua pihak legowo
menerima keputusan yang telah ditetapkan oleh KPPS. “Lebih baik menyelesaikan
permasalahan dengan jalan musyawarah,” tandasnya, Jumat (9/12).
AZ