Lantunan solawat diiringi musik hadroh menggema dari
puluhan mahasiswa. Puluhan mahasiswa itu
memadati Hall Student Center Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta guna menghadiri peringatan Haul Gus Dur yang ke-7. Acara tersebut diadakan oleh
berbagai
Organisasi yang ada di
Ciputat, seperti Lentera HAM, MATAN NU, dan Komunitas
Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan Kembara Ibnu Batutah
(KMPLHK) Ranita pada Kamis
(29/12).
Haul
ke-7 Gus Dur ini juga mendatangkan
Alissa Wahid yang merupakan Putri dari Gus Dur, Priyo Sambadha, dan juga Romo Sandyawan. Dalam acara ini, Alissa Wahid menggambarkan sosok Gus Dur sebagai seorang
ayah yang luwes dan tenang, "Apa yang orang orang lihat tentang gusdur,
maka seperti itulah Gus Dur. Jika Gus Dur terlihat sering bergurau di luar, maka di rumah pun beliau bersikap sama," ungkapnya.
Selain
itu, Alissa
juga menjelaskan tentang keyakinan spiritual Gus Dur, bahwa tugasnya di dunia sebagai seorang
muslim adalah menjadikan islam sebagai rahmat untuk semesta. Itulah yang
menjadi dasar dari sembilan prinsip kemanusiaan Gus Dur. "Untuk menjaga
prinsip kemanusiaan, harus ada prinsip keadilan, kesetaraan, pembebasan, dan
kesederhanaan," ujar putri sulung Gus Dur ini. Ia juga menegaskan semboyan
‘gitu
aja kok repot’
merupakan salah satu bagian dari prinsip kesederhanaan Gus Dur.
Priyo Sambadha, yang merupakan seorang protokoler pada
masa kepemimpinan Gus Dur juga berbagi pengalaman bekerja semasa Gus Dur
menjadi presiden. Ia mengingat bagaimana pada saat kepemimpinan Gus Dur itulah
kali pertamanya Istana Negara dibuka bebas untuk semua lapisan masyarakat. “Pada
saat Hari Raya Idul Fitri, seluruh masyarakat bisa masuk Istana Negara dan
bersalaman dengan presiden serta keluarganya, itu tak ada pada zaman
kepemimpinan sebelumnya.” kenang Priyo, Kamis (29/12).
Tidak hanya Priyo Sambadha yang mengenang kedekatannya
dengan sosok Gus Dur, Romo Sandyawan juga juga bertutur bahwa dirinya
merindukan Gus Dur di hari-hari yang penuh kontroversi seperti saat ini,
hari-hari di mana perbedaan semakin nampak, baik dalam lapisan politik maupun
sosial. “Jika Krisis ini terus terjadi, maka bagi saya ini merupakan irelevansi
pengajaran moral yang telah diawali Gus Dur,” ucapnya, Kamis (29/12).
Di sisi lain,
Wakil Rektor (Warek) III Bidang Kemahasiswaan Yusron Razak dalam sambutannya juga turut serta mengutarakan pandangannya terkait sosok Gus Dur. "Seperti yang telah diketahui tak
ada kata yang mampu mewakili keluasan pandangan seorang Gus Dur," tutur Yusron Razak, Kamis
(29/12).
Selaku Ketua Pelaksana acara Haul Ke-7
Gus Dur, Rausyan Fikry Muhammady menyampaikan betapa pentingnya
acara haul tersebut.
"Di tengah kegoncangan, di situasi yang tidak enak bagi mereka yang cinta
perdamaian, cinta toleransi, sosok Gus Dur merupakan sosok yang
dirindukan," ujar Rausyan, Kamis (29/12).
NPR