Momentum Pemilihan
Umum (Pemilu) Mahasiswa kembali hadir di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam perayaan pemilu ini, muncul akun anonim bernama pemirauin
di media sosial Instagram. Dalam pantauan Institut hingga 21 Desember
2016, akun ini telah memiliki 1280 followers
dan 6.417 following.
Dalam postingan
berupa gambar yang diisi dengan kata-kata, pemirauin kerap mengkritik
pada penyelenggara pemilu di UIN Jakarta. Isinya tertulis, “Pemira ini milik
siapa? Kok Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Pemilihan Pemungutan Suara
(KPPS), dan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu)-nya kebanyakan dari organisasi
ekstra (Oreks)?”
Tak hanya
penyelenggara, partisipan pemilu juga menjadi sorotan akun tersebut. Seusai
pelaksanaan debat kandidat calon Ketua dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif
Mahasiswa tingkat Universitas (Dema-U) pada Jumat (16/12) lalu, akun ini
kembali membuat postingan di Instagram. “Mulai sekarang, berhentilah
menghujat oreks dan para calonnya. Kini waktu yang tepat untuk menertawakan
para pendukungnya,” tulis akun yang dibuat pada 8 Desember 2016 lalu.
Saat ditanya lewat
pesan langsung Instagram, pengelola akun pemirauin mengaku prihatin
terhadap para mahasiswa yang diperalat oleh calon kandidat pemilu. Berdasarkan
data dari tahun sebelumnya, pemilu kerap dihantui dengan keributan dari oreks. “Pemirauin
hadir untuk mengedukasi dan mengkritik beberapa hal dalam pelaksanaan
pemilu,” jelasnya, Jumat (16/12).
Berbagai respons
pun datang dari beberapa pihak. Ketua Umum (Ketum) Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI) cabang UIN Jakarta Khoirur Rahman tak mempermasalahkan
isi postingan akun tersebut. Ia menganggap ini bagian dari proses demokrasi
di kampus. “Sah-sah saja,” jelasnya, Sabtu (17/12).
Senada dengan
KAMMI, Ketum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat Muhammad
Rafsanjani menyayangkan kemunculan akun pemirauin. Pasalnya, akun yang
muncul sejak 8 Desember 2016 lalu hanya mengkritik tanpa memberikan solusi.
“Jangan hanya nyinyir, tapi beri solusi,” katanya, Minggu (18/12).
Berbeda dengan
PMII, Ketum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat Muhammad Zainuddin
Asri menganggap penilaian pemirauin terhadap oreks tak bisa dianggap
sebelah mata. Asri menjelaskan, kontribusi oreks membuat kehidupan kampus lebih
berwarna. “Besarnya nama UIN Jakarta berasal dari nama alumni yang ada di
oreks,” ungkapnya, Sabtu (17/12).
Sebagai
penyelenggara pemilu, pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) UIN Jakarta merasa kecewa
dengan adanya akun ini. melalui Humas KPU Khaidir Ali menganggap cara yang
dilakukan pemirauin sebagai bentuk ketidakdewasaan dalam berpolitik. Ia
pun menilai akun ini berdampak buruk karena mengajak mahasiswa untuk apatis
dalam pelaksanaan pemilu.
Tak hanya itu,
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum ini juga menyayangkan persoalan identitas
akun ini. Lebih lanjut, ia mengatakan tujuan dari postingan akun ini
juga tak jelas karena tak menjabarkan data yang valid. Terlebih, foto akun pemirauin
juga menggunakan logo KPU tanpa izin. “Kalau memang mau mengkritik, harusnya
secara terbuka,” jelasnya, Selasa (20/12).
Menanggapi
kemunculan akun pemirauin, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Yusran
Razak mengatakan kemunculan akun anonim ini merupakan kritik terhadap sistem
politik mahasiswa. Dalam hal ini, ia menyatakan bahwa keberadaan akun ini
sah-sah saja dalam proses demokrasi di lingkungan kampus.
Lebih lanjut,
Yusran mengatakan berharap isi postingan tersebut bisa menjadi bahan
evaluasi terhadap para kandidat yang sedang berkompetisi. “Walaupun
identitasnya tak diketahui, tapi bagian kritiknya saja yang harus dicermati,”
katanya, Selasa (20/12).
Dicky Prastya