Demi memenuhi
kebutuhan publikasi acara pameran susur foto calon anggota (caang), Komunitas Fotografi
Mahasiswa (KMF) Kalacitra memasang banner
4x6 meter di papan reklame pintu keluar Kampus 1 Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin (12/12) malam. Namun banner tersebut menuai kecaman lantaran menampilkan foto sebuah bra berwarna abu-abu yang ditambah
sebuah bantal kuning di sisi kanannya.
Seusai pembukaan
pameran yang bertajuk Pintang: Ruang yang
Hilang, Kepala Bagian Umum Suhendro Tri Anggono menelpon Ketua KMF
Kalacitra Abdullah Mahfud, Selasa (13/12) sebelum magrib. Hendro meminta agar
KMF Kalacitra menurunkan banner. “Tolong banner segera diturunkan sekarang juga
sesuai perintah rektor,” terang Mahfud sembari menirukan suara Hendro.
Merasa ada
keputusan sepihak, Mahfud tidak terima. Ia melobi Hendro menunda penurunan banner hingga keesokan harinya dengan
maksud bertemu rektor untuk memberikan penjelasan tentang foto yang jadi sampul
pameran tersebut. Namun, sebelum bertemu rektor, Hendro menyarankan Mahfud
supaya mendapat persetujuan tertulis dari Wakil Rektor (Warek) III mengenai persetujuan tertulis agar banner tetap
terpasang.
Selang beberapa jam,
sekitar pukul 22.00, Yusuf selaku Kepala Sub Bagian Bina Bakat dan Minat dan
beberapa satuan pengamanan (satpam) mendatangi Pengurus KMF Kalacitra ke tempat
pameran di Aula Student Center. Mereka memaksa Pengurus Kalacitra menurunkan banner pameran sesuai perintah langsung
dari rektor. Akhirnya KMF Kalacitra pun menurunkan bannernya.
Mahfud
mengatakan pencopotan banner di baliho pintu keluar tak menyurutkan KMF
Kalacitra untuk menyebarkan publikasi pameran. Walhasil, Mahfud kembali
memasang banner pameran di balakang sekretariatnya, Rabu (14/12) pukul 10
malam.
Tak bertahan
lama, Jumat (16/12) pagi sudah ada dosen dan beberapa satpam mendatangi sekretariat
KMF Kalacitra untuk menurunkan banner pameran. Namun, KMF Kalacitra tetap
bersikukuh untuk membiarkan banner itu terpasang hingga sore. Lalu, pada sore harinya
KMF Kalacita menurunkan banner pameran atas permintaan Warek III.
Mahfud merasa
kecewa akan polemik copot-pasang banner
pameran. Ia menyarankan seharusnya penurunan banner harus ada penyataan resmi berupa surat, bukan hanya
pernyataan lisan. “Pasalnya pernyataan lisan menggambarkan kesewenang-wenangan
para pimpinan kampus saja,” tutup Mahfud, Sabtu (17/12).
Syah Rizal