Pada tahun 1975,
Timor Timur—sekarang Timor Leste— mendeklarasikan kemerdekaannya setelah 400
tahun dijajah Portugis. Namun, selang sembilan hari dari pendeklarasian,
Indonesia menginvasi negara kecil itu. Indonesia mengklaim Timor Timur adalah
wilayah yang tak bertuan, sehingga Indonesia dapat merebutnya untuk menjadi
bagian dari bumi pertiwi.
Pertumpahan
darah terjadi di Balibo, wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Timur. Lima jurnalis
dari Australia dikabarkan menghilang ketika sedang meliput kedatangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI)—yang sekarang menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI)— di Balibo. Kabar menghilangnya lima jurnalis mendorong
Roger East (Anthony La Paglia) yang
juga jurnalis dari Australia untuk mencari
lima kolegannya itu.
Roger East
mendapat kabar hilangnya jurnalis Australia dari Jose Ramos Horta (Oscar Issac)
Pemimpin Griliyawan Fertilin, salah satu faksi yang mendeklarasikan kemerdekaan
Timor Timur. Horta meminta Roger meliput
kerusuhan yang terjadi di Balibo. Meski mulanya menolak,
Roger akhirnya mau setelah tahu Horta
adalah Pemimpin Fertilin.
Roger mulai
mengusut kasus hilangnya lima jurnalis dari berkas yang diberikan Horta. Berkas
itu berisi dokumen-dokumen, foto, dan
biodata tentang lima jurnalis yang hilang. Selama
mencari informasi Roger selalu ditemani Horta. Kedekatan
Roger dengan Horta berbuah manis. Salah satu Pejuang Fertilin, Ximines (Carlos
Filipe) mengungkapkan kelima jurnalis
itu menghilang setelah pergi ke Balibo tiga minggu lalu.
Invasi ABRI
membuat rakyat Timor Timur yang berada di wilayah dekat perbatasan pergi ke
Dili, tempat markas Fertilin berada. Mendengar hal itu, Horta menyiapkan
pasukan agar tetap bersiap saat Indonesia mulai menyerang Dili.
Meluasnya invasi
Indonesia tak membuat Roger gentar. Ia yakin lima koleganya masih hidup. Dia
bertekad untuk pergi ke Balibo, meski Horta mengacam tidak akan menemaninya
pergi ke Balibo. Keinginan keras
Roger akhirnya membuat Horta setuju dan menemani
Roger ke Balibo dengan berjalan kaki. Setelah menempuh jarak 126 kilometer dari
Dili ke Balibo, mereka pun sampai di tempat tujuan.
Pencarian Roger
bersama Horta diselingi adegan lima jurnalis
Australia ketika pergi ke Balibo. Saat itu,
penyerangan di Balibo baru sekadar ancaman belaka. Kelima jurnalis itu tetap kekeuh meliput keadaan Balibo walau keselamatan mereka terancam.
Akhirnya, saat
lima jurnalis itu sedang meliput keadaan Balibo,
tiba-tiba mereka diserang granat
dari ABRI. Wilayah yang sedang mereka liput seketika hancur lebur. Kelima
jurnalis itu berlari untuk mencari
tempat persembunyian. Meski tempat persembunyian mereka akhirnya diketahui
pula.
Kelima jurnalis
itu dibantai dan dihabisi. Jenazah-jenazah mereka ditumpuk dan dibakar di dalam
rumah persembunyian. Hingga, Roger
dan Horta yang datang empat minggu setelahnya hanya menemukan sisa-sisa dari reruntuhan
ledakan dan darah-darah yang telah mengering.
Penyerangan ABRI
ke Dili yang berujung pada kematian Rogerdi Hotel
Turismo menutup film yang dirilis pada 2009 ini. Akhirnya, Timor
Timur menyerah pada Indonesia dan gagal mempertahankan kemerdekaannya.
Film dengan genre trhiller ini merupakan
ulasan dari kisah nyata di Timor Timur. Melalui
film Balibo, sutradara Robet Connolly mencoba
mengungkapkan sejarah yang tersembunyi selama lebih dari 40 tahun. Lewat karyanya, Robet ingin membuka mata
dunia agar sadar dengan tragedi yang telah banyak merenggut hak asasi manusia
di Timor Timur.
Film yang memenangkan
penghargaan Best Australian Film pada Australian Film Critics Association di
tahun 2009 dilarang beredar di Indonesia oleh Lembaga Sensor Film. Menteri Luar
Negeri Indonesia saat itu,
Marty Natalegawa menyatakan pelarangan itu bertujuan
untuk menghindari pandangan negatif dunia terhadap Indonesia.
ABRI juga mendukung
pelarangan itu, lantaran dapat merusak hubungan Indonesia dengan Timor Leste
dan Australia. ABRI pun mengklarifikasi kelima jurnalis meninggal karena tertembak dalam
baku tembak bukan karena ditembak ABRI.
Untuk lebih jelasnya, simak thriller-nya berikut:
Jannah Arijah