![]() |
ini adalah contoh captionini adalah contoh captionini adalah contoh captionini adalah contoh caption |
Selain menjadi sarana hiburan, konser musik juga bisa dijadikan ajang
pelestarian budaya Indonesia. Melalui
konser bertema Kembali ke Akar dengan Bebunyian Nusantara, grup musik Kunokini dan
Svaraliane mencoba melestarikan musik tradisional.
Suasana di
Auditorium Galeri Indonesia Kaya seketika hening, kemudian lampu ruangan pun
dimatikan dan berganti dengan lampu sorot berwarna kuning. Tak lama setelah itu
mulai lah terdengar lantunan bunyi gamelan, rebana dan gendang yang dimainkan
secara bersamaan. Alunan alat-alat musik tradisional itu merupakan ungkapan
selamat datang dari grup musik Kunokini.
Kunokini adalah
sebuah grup musik yang hampir lima belas tahun konsisten membawakan lagu
kontemporer sembari diringi alat musik tradisional. Selepas Kunokini memainkan
musik ucapan selamat datang, diringi dengan tepuk tangan para pengunjung, lampu
Auditorium perlahan mulai menyala kembali. Di tengah panggung telah berdiri Bhisama Wharspati, sang vokalis Kunokini. Pria
berambut gimbal yang akrab dipanggil Bhismo ini menjelaskan bahwa Kunokini akan
membawakan beberapa lagu bersama grup musik Svaraliane.
Lampu sorot berwarna
kekuningan kembali menyinari panggung pertanda lagu selanjutnya akan dimainkan.
Alat musik gendang, rebana, bass, dan
gamelan mulai berbunyi secara bersamaan, ditambah dengan lantunan saxofon dan
gitar dari grup musik Svaraliane. Jadilah musik yang diciptakan oleh Kunokini
dan Svaraliane ini kolaborasi antara alat musik tradisional dan modern.
“Hey...Hey..Hey
baby I love you..” terdengar suara serak vokalis Kunokini melantunkan lagu pertama
mereka berjudul Hey Beb. Sambil menyanyi, Bhismo bergoyang
dan menggerakan tangan ke atas layaknya penyanyi reggae. Tak hanya itu beberapa
penonton ikut berpartisipasi dengan ikut berjoget di panggung bersama anggota grup musik Kunokini dan
Svaraliane.
Setelah lagu Hey Beb selesai dinyanyikan, Bhismo
menceritakan lagu kedua yang akan dipersembahkan bersama
grup musik Svaraliane. Laki-laki alumni Universitas Paramadina ini menuturkan
bahwa ia dan teman-temannya akan membawakan lagu berjudul Maritim yang mana menceritakan kekuatan dan kekayaan laut
Indonesia.
Kemudian lantunan
alat musik tradisional dan modern mulai terdengar lagi. Perpaduan kedua jenis
alat musik itu menggiring penonton ke dalam lagu Maritim. Coba ...cobalah...berfikir dengan mata...Indonesia...Indonesia
kaya begitulah sepenggal lirik lagu Maritim. Walaupun lirik
lagu Maritim terkesan lebih khidmat
dibandingkan dengan lagu Hey Beb,
namun Kunokini berhasil menghidupkan suasana panggung dengan irama musik raggae-nya.
Selanjutnya Bhismo menjelaskan
cerita dibalik lagu ketiga berjudul Combat
yang akan segera dinyanyikan. Ia memaparkan bahwa pada lagu tersebut mereka
hendak menyampaikan berbagai kisah
mengenai konflik perbedaan presepsi yang terjadi di Indonesia. “Setidaknya
walaupun lagu kita santai tapi tetap ada makna di dalamnya” ungkap Bhismo,
Sabtu (15/10).
“Dung...tak..tak...dung......”,
suara
alat musik kecapi bersahut-sahutan dengan lantunan suara gendang. Selang
beberapa menitiringan musik gitar, bass,
dan gamelan mengikuti alunan irama gendang tersebut. Pada lagu Combat ini Bhisma tak hanya bernyanyi
sendiri ia juga ditemani seorang penyanyi wanita bernama Nada.
Pada akhir
pertunjukan grup musik yang memiliki lima orang anggota ini juga menampilkan
permainan alat musik suling, gendang, bass dan kecapi. Sahut –sahutan
bunyi dari alat-alat musik tersebut mampu
membuat para penonton terpukau dan bertepuk tangan.
Salah satu
anggota grup musik Kunokini, Astrie Acil menjelaskan, kolaborasi alat musik tradisional
dengan alat musik modren merupakan sebuah karya seni yang
belum banyak ditemukan di Indonesia. Penyatuan dua alat musik tersebut
sebenarnya bisa memunculkan karya seni baru dan mendapat sorotan dari penikmat
seni yang ada di Indonesia. “ Indonesia-kan kaya
dengan alat musik tradisional, sayang apabila tidak
dilestarikan,” papar Astrie Acil, Sabtu (15/10).
Menurut salah
satu pengunjung Fatih Annisa, konser musik bertajuk
Kembali ke Akar Dengan Bebunyian Nusantara ini sangatlah mengensankan
dan menginspirasi. Fatih menambahkan, generasi muda juga harus ikut
melestarikan musik tradisional. “Kita harus bangga dengan karya bangsa sendiri,”papar Fatih, Sabtu (15/10).
Lia Esdwi Yani Syam Arif