Tahun ajaran
2016, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta resmi mengganti
Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswan (OPAK) menjadi Pengenalan Budaya
Akademik (PBAK). Pergantian ini berdasarkan Surat Edaran (SE)
Kementerian Agama nomor 3032.A/D1.1./PP.09/07/2016 tentang Pengenalan Budaya
Akademik bagi Mahasiswa Baru.
Namun, PBAK tak
sepenuhnya menggantikan OPAK sebagai kegiatan pengenalan lingkungan kampus.
Terbukti, beberapa fakultas sudah ada yang menggunakan PBAK. Ternyata rektorat
pun tak serta-merta merubah nomenklatur itu.
Berikut hasil
wawancara reporter Institut, AM dengan Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan Yusron Razak, yang juga menjadi Penasehat dalam kepanitiaan PBAK
2016, Kamis (25/8).
Sejauh ini, apa
yang menjadi substansial dari PBAK?
Sebenarnya ada
tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaran orientasi mahasiswa
baru yaitu aspek nomenklatur, aspek
substansi kegiatan dan yang terakhir aspek penyelenggara. Dari ketiganya, aspek
nomenklatur yang paling berbeda.
Menurut saya,
UIN Jakarta sekarang ini dalam masa transisi. Turunnya SE itu tidak dapat
langsung menggantikan OPAK menjadi PBAK. Pertimbangan itu dilihat dari sisi
pragmatis di lapangan. Walaupun, dalam SE menyebutkan bahwa OPAK sudah tidak digunakan
lagi sebagai nama kegiatan pengenalan kampus.
Apa yang
membedakan OPAK dengan PBAK?
Terlihat jelas
dari perubahan nama kegiatannya, hurufnya sudah berbeda. OPAK dalam struktur
bahasa memunculkan kerancuan. Lalu, dua huruf “OP” menjelaskan “Orientasi” dan
“Pengenalan”. Seharusnya pengenalan saja sudah cukup untuk menjelaskan maksud
dari dua kata yang sama.
Selain itu, PBAK
lebih menekankan budaya akademik sesuai namanya. Kegiatan OPAK banyak yang
tidak sesuai dengan budaya akademik semisal, aturan botol dalam kacang hijau
yang dijadikan panitia sebagai bagian OPAK. Mahasiswa baru disuruh panitia
untuk menghitung jumlahnya. Hal-hal seperti ini yang menyebabkan PBAK hadir
untuk memunculkan nuansa materi budaya akademik (academic atmosphere)
dalam pengenalan kampus.
Jadi selama ini,
apakah OPAK UIN tidak mengacu budaya akademik?
Menurut saya,
OPAK UIN selama ini kurang mengacu budaya akademik. Dalam prakteknya masih
terdapat penyimpangan, tahun lalu materi OPAK UIN Jakarta yang diperdebatkan
karena tidak sesuai dengan budaya akademik seperti PBAK. Saya lupa materi itu,
tapi yang jelas materi yang disampaikan di PBAK lebih jelas dan terarah,
semuanya berkaitan dengan budaya akademik.
Budaya akademik
tidak terlepas dari kepanitian. Dalam aspek penyelenggara, UIN sudah membuat
kepanitian orientasi yang mengandung elemen pimpinan perguruan tinggi, dosen,
karyawan, dan melibatkan mahasiswa. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak bisa
menjadi leader sepenuhnya, hal ini dilakukan agar kegiatan orientasi ini
tidak keluar dari budaya akademik.
Dalam pandangan
Anda, apa urgensi dari PBAK?
Perubahan nama
dari OPAK menjadi PBAK menekankan pada budaya akademik. Sikap dan sifat yang
berkaitan dengan budaya akademik diharapkan dapat terwujud dalam kegiatan ini. Harapannya
Maba memiliki sikap analogis, kritis, dan argumentatif. Sehingga dalam
pelaksanaanya diharapkan juga terbebas dari kegiatan perploncoan atau bullying.
Hemat saya, PBAK
adalah kegiatan yang pure academic. Tujuannya mampu mengembangkan
kemampuan intelektual, emosional dan spiritual Mahasiswa Baru. Sehingga mereka
punya semangat untuk berbudaya akademik.
Menurut Anda, ke
depannya bagaimana implementasi PBAK?
UIN akan
mengimplementasikan secara menyeluruh di tahun yang akan datang. Karena akan
ada aturan dan pedoman lanjutan untuk mempertegas PBAK. Saya menilai, sekarang
ini penerapan PBAK belum optimal. Hal ini karena kendala dari kita sendiri.
Kendala itu
berupa kesenjangan dari pimpinan dan panitia di lapangan. Harapam saya, kesenjangan itu seharusnya
dipersempit sehingga ke depannya penyelenggara pengenalan lingkungan kampus
memiliki persamaan persepsi.
AM