Tujuh buah foto
melekat di papan penyangga berwarna hitam. Jarak antar satu foto dengan foto
lainnya tak lebih dari dua cm. Foto-foto yang berisi laku kehidupan Jakarta
tersebut menjadi pemandangan tak biasa di Aula Student Center Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di sisi kiri
papan, terpampang juga bangunan menjulang. Keadaan tersebut berbanding terbalik
dengan kondisi masyarakat Kampung Luar Batang. Di dalam foto tersebut juga terlihat
seorang anak lelaki bertelanjang dada tengah berenang dengan kepala menyembul
ke permukaan. Senyum simpul di wajahnya seakan melupakan keadaan di sekitarnya.
Dalam penyangga
yang sama, tampak sebuah keluarga sedang duduk santai di dalam tenda darurat. Mereka
tengah meratapi nasibnya di antara puing-puing runtuhan rumah. Sejak 11 April 2016
lalu, tenda itu menjadi tempat tinggal sementara bagi warga setempat. Pasalnya,
rumah lama mereka digusur Pemerintah Povinsi DKI Jakarta karena daerah tersebut
dilarang untuk dihuni.
Begitulah
gambaran photo story karya Anisatul Kamaliyah yang berjudul Tidak
Seindah Dahulu. Dari karyanya, Anisatul mengekspresikan simpatinya terhadap
keadaan warga Kampung Luar Batang yang tak kunjung mendapat keadilan pemerintah.
Foto anak berenang tadi terpilih menjadi foto sampul dalam Pagelaran Karya
Fotografi Mahasiswa Jurnalistik Angkatan 2013 UIN Jakarta.
Sekitar lima
langkah ke pojok ruang pameran, terpampang foto pemuka agama tengah berdiri di
depan Klenteng Poo An Bio yang bertempat di Desa Karangturi, Kabupaten Lasem,
Jawa Tengah. Raut wajah lelaki paruh baya itu terlihat bersahaja
mengenakan baju koko putih dengan bawahan sarung.
Denny dalam
karyanya mengajak pengunjung untuk menyaksikan keragaman di desa tersebut. Ia
menilai, perpaduan beragam budaya, agama, dan ras sebenarnya menghasilkan nilai
estetika yang tinggi. Foto yang berjudul Harmoni di Karang Turi menyampaikan
pesan memanusiakan manusia dengan saling membantu dan berbuat kebaikan.
Mengambil tema
besar Solilokui, pameran kali ini mencoba mengaduk firasat sang fotografer
untuk mengungkapkan perasaannya lewat sebuah karya. Kegiatan ini juga menjadi
ajang untuk menyajikan informasi yang sebelumnya telah menjadi bahan pembicaraan
pameris.
Solilokui
memajangkan 192 foto dengan 49 orang sebagai pameris. Foto-foto tersebut terbagi
menjadi dua jenis, yakni 40 photo story dan sembilan photo single.
Karya jurnalistik itu terpajang rapi di Aula Student Center pada 5-10 September
2016.
Denny Aprianto
selaku Ketua Pelaksana Pagelaran Karya Fotografi 2016 mengungkapkan, Solilokui
bertujuan untuk untuk menumbuhkan semangat menulis dan berkarya masyarakat
umum, khususnya mahasiswa. “Solilokui diharapkan dapat menumbuhkan
semangat sekaligus refleksi diri,” katanya, Senin (5/9).
AM