Oleh: Eli Murtiana*
Kuliah
Kerja Nyata (KKN), kegiatan tahunan ini dilakukan oleh mahasiswa/i pada tingkat
tiga di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Selain kegiatan rutin sekaligus
mata kuliah wajib sebagian mahasiswa di hampir semua jurusan kampus ini.
Ada
beberapa jurusan yang mencukupkan dengan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ataupun
magang serta berbagai nama lainnya yang menyerupai kegiatan ini. Bahasanya,
semua mahasiswa harus terjun di masyarakat dengan mempraktikkan ilmu, yang
didapat di bangku kuliah. Walaupun, tak sedikit pula beberapa jurusan yang mewajibkan
mahasiswanya melaksanakan PKL dan KKN di tahun yang sama.
Entah
dibilang beruntung atau tidak, penyelenggaraan KKN tahun ini semua telah diatur
oleh lembaga yang terkait yaitu Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM). Baik dari
anggota kelompok, dosen pembimbing, sampai lokasi pelaksanaan KKN. Tak
terkecuali jumlah dana yang turun ke masing-masing kelompok.
Pada
awalnya mengetahui segalanya telah diatur memunculkan kekhawatiran tersendiri.
Menghilangkan upaya para mahasiswa yang mencari teman KKN-nya lewat brosur di
sejumlah wilayah kampus bahkan melalui media sosial. Merupakan fenomena dari
tahun ke tahun saat menjelang waktu KKN.
Mulai
pelaksanaan KKN, semua peserta tiba di lokasi yang telah ditentukan. Banyak
wilayah yang bisa dibilang layak menjadi lokasi KKN mulai dari kondisi wilayah
yang sulit mendapatkan air bersih karena wilayahnya dekat laut misalnya.
Ataupun tidak terjangkau oleh signal karena terpencilnya lokasi KKN. Tak
sedikit mahasiswa/i yang mengeluh akan kondisi tersebut di mana untuk menemukan
minimarket saja sulit.
Lain
halnya dengan peserta KKN yang lokasinya tak jauh dengan pusat perbelanjaan (Mall).
Alhasil menjadi tantangan tersendiri bagi peserta bagaimana memberdayakan
masyarakat di tengah kualitas masyarakat yang notabenenya telah modern. Walaupun
bonusnya bisa pulang kapan saja sekaligus posting di media sosial dan
membuat gigit jari peserta KKN lainnya.
Selain
itu KKN dinilai sejumlah mahasiswa menjadi hal yang menyenangkan bahkan bisa
disebut liburan. Bagaimana tidak sejumlah tempat wisata setempat menjadi
populer berkat postingan peserta KKN contohnya Danau Biru di Cisoka yang
mendadak hit ini. Seolah tak mau kalah banyak yang sengaja mencari tempat
wisata apik di daerahnya. Positif perihal tersebut digunakan untuk mengenalkan
wisata alam yang jarang diketahui oleh masyarakat.
Berbagai
hal dirasakan saat KKN berlangsung tak luput akan tujuan utama dilakukannya
kegiatan ini. Yaitu memberdayakan masyarakat di lokasi tersebut hingga nantinya
mampu memberikan nilai lebih di masa yang akan datang. Walaupun tak sedikit
masyarakat di lokasi KKN menargetkan bahkan memanfaatkan peserta KKN yang
datang di lokasinya. Hal ini terjadi di sejumlah desa yang setiap tahunnya
menjadi lokasi KKN. Peserta KKN ibarat sinterklas yang datang bagi-bagi hadiah
tanpa peduli tujuan mulia KKN tersebut.
Terkait
pro dan kontra yang mencuat perihal kegiatan KKN ini diharapkan ke depan peserta
yang akan melaksanakan KKN tahu persis keberadaannya sebagai mahasiswa. Yang
sudah kita ketahui bersama dalam tri dharma perguruan tinggi poin ketiga yaitu
pengabdian kepada masyarakat. Jelas memaknainya bahwa peran tersebut bukan
hanya dibebankan pada mahasiswa semata melainkan semua civitas yang memiliki
porsi masing-masing.
Harapan
ke depan lokasi KKN menjadi desa binaan mahasiswa bahkan dosen yang terlibat
sebagai dosen pembimbing. Tidak lepas hanya sebulan mengikuti jadwal
pelaksanaan KKN. Akan tetapi terus menjadi perhatian civitas akademika agar
menorehkan kerja nyata sesuai dengan kepanjangan dari akronim KKN.
*Penulis adalah mahasiswi FISIP UIN Jakarta
*Penulis adalah mahasiswi FISIP UIN Jakarta