Tak sedikit
individu yang dipersatukan karena kesamaan bahasa. Hal itulah menjadi cikal
bakal lahirnya Komunitas Republik Ngapak. Komunitas
yang didirikan oleh Ken Setiawan ini dilandasi keresahannya melihat para
perantau muda yang terbawa arus globalisasi dan modernisasi.
Semenjak
berdiri pada 1 Agustus 2010, komunitas ini telah memiliki lebih dari 1.200.000 anggota
yang terdiri dari pekerja, mahasiswa, pelajar dan
lain-lain. Tak hanya di Indonesia, anggota komunitas ini juga tersebar
di beberapa negara, seperti, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, dan Korea.
Bahasa Ngapak
yang dikenal dengan logatnya yang khas tak dapat dipisahkan dari percakapan
sehari-hari sebagian masyarakat Jawa Tengah. Untuk itu komunitas ini mewadahi
kecintaan mereka akan bahasa Ngapak dengan mengadakan Kopi Darat (Kopdar).
“Kopdar
merupakan agenda rutin sebulan sekali, sebagai sarana untuk saling mengenal dan
laporan kerja per divisi,” ujar Ken Setiawan, Jumat (19/8). Pada acara
tersebut, para anggota mendapat kesempatan untuk bertukar cerita tentang
pengalaman mereka dan juga beberapa pengurus yang melaporkan kinerja mereka
selama sebulan.
Selain Kopdar,
komunitas ini juga mempunyai program sosial. Program tersebut adalah merenovasi
rumah masyarakat Jawa Tengah yang mereka anggap tidak layak. Ken Setiawan selaku
pendiri mengatakan, setiap rumah dianggarkan Rp10 juta berasal dari iuran
anggota.
Ia menambahkan,
komunitas Republik Ngapak sejatinya bukan
merupakan gerakan separatis, seperti yang selama ini anggapan publik terhadap
kegiatan primordial pada umumnya.
Dalam hal
publikasi, mereka mempunyai wadah, baik itu media cetak maupun elektronik.
Untuk media cetak mereka mengungkapkan gagasan melalui majalah yang diberi
nama Media
Ngapak. Tak hanya itu, mereka juga
memiliki media elektronik yang dapat
diakses melalui www.radiowongjawa.com.
Media tersebut membahas seputar gerakan anti narkoba dan radikalisme.
“Saya bisa
mengenal berbagai karakter orang di berbagai wilayah Ngapak. Selain itu juga, dengan mengikuti komunitas ini bisa
mempererat silaturahmi dan mengembangkan rasa empati sehingga bisa membangun desa,”
kata Raden Mas Muhaimin Anggota Republik Ngapak, Sabtu (20/8).
Raden Mas juga
menambahkan, kopdar tidak hanya sebagai ajang silaturahmi. Akan tetapi, juga
sebagai kesempatan untuk membahas program kerja yang akan dilakukan seperti
bedah rumah, santunan anak yatim, dan menjenguk anggota yang sakit.
“Dengan
melestarikan bahasa Ngapak di era
modern ini merupakan sebuah prestasi, karena enggak banyak
orang di zaman sekarang yang mau menggunakan bahasa daerahnya sendiri,” ujar
Pardi, Tim Kreatif Republik Ngapak, Selasa (23/8), ketika dihubungi melalui Whatsapp.
FFA