Judul :
Komunikasi dalam Kinerja Intelijen
Keamanan
Penulis : Dr.
Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Isi : 220 halaman
Terbit :
April 2013
ISBN :
978-979-22-8954-1
“Intelijen
adalah informasi yang dikomunikasikan, dengan kata lain, informasi yang tidak
lagi hanya terdapat di benak seseorang, tetapi telah disampaikan kepada orang
lain. Di badan-badan yang mengkhususkan diri pada kegiatan ini, intelijen
didefinisikan sebagai informasi yang telah dievaluasi, informasi yang
kredibilitas, makna, dan derajat kepentingannya telah dinilai dan ditetapkan.”
(Komunikasi dalam Kinerja Intelijen
Keamanan hal. 25).
Paragraf
di atas merupakan salah satu petikan dalam buku berjudul Komunikasi dalam Kinerja
Intelijen Keamanan. Biasanya, Intelijen bergerak di bawah tanah dalam
menyampaikan informasi. Sehingga, banyak konotasi negatif muncul dari
masyarakat terhadap keberadaan intelijen.
Melalui buku ini, penulis menjabarkan seluk beluk
intelijen untuk menghapus paradigma negatif masyarakat terhadap lembaga yang
dianggap penuh rahasia. Buku dengan
tebal 220 halaman ini mengungkap secara tuntas keberadaan intelijen, khususnya
Intelijen Keamanan yang berada di lembaga Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri).
Guna
mencegah terjadinya ancaman secara mendadak, keberadaan intelijen begitu
dibutuhkan. Intelijen mampu
bertindak sebagai mata dan telinga bagi pembuat kebijakan. Maksudnya, intelijen
menjadi sumber informasi bagi pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan.
Terdapat
beberapa sumber yang menjadi bahan rujukan intelijen dalam mengumpulkan
informasi, yakni yang bersifat terbuka maupun tertutup. Terbuka di sini
maksudnya intelijen bisa memperoleh informasi secara bebas melalui saluran
komunikasi antar personal, kelompok, maupun media massa.
Sedangkan
komunikasi secara tertutup, berarti intelijen menggunakan sistem komunikasi
klandestin yaitu pola komunikasi yang menuntut kerahasiaan dalam proses pengiriman
pesan antara intelijen. Akibatnya, informasi yang dikirimkan tidak jatuh ke
tangan lawan.
Guna
mendukung kelancaran komunikasi, intelijen membentuk sebuah jaringan.
Pembentukan jaringan intelijen dilakukan secara bertahap mulai dari pencarian
calon agen hingga pelaporan intelijen.
Pencarian
agen intelijen dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap keahlian dan
kemampuan
calon agen. Tak hanya itu, pekerjaan, hobi, hubungan dengan
orang lain, kelemahan, pendapatan, dan kejahatan yang pernah dilakukan oleh
calon agen juga diselidiki.
Dalam
buku ini, Susaningtyas mengupas permasalahan mengenai dunia intelijen yang
tidak diketahui oleh masyarakat pada umumnya. Kelihaian penulis mendapatkan
sumber-sumber yang pernah terjun langsung dalam jaringan intelijen menambah
keakuratan informasi yang disajikan. Sehingga buku ini sangat direkomendasikan
bagi masyarakat luas untuk menambah kekayaan berpikir bahwa jaringan intelijen
tidak selamanya negatif.
Rifka
Indi*
*Penulis
adalah mahasiswi Manajemen FEB UIN Jakarta