Divisi kesehatan Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) tingkat universitas tak mendapatkan anggaran dalam acara
OPAK 2016 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan, Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korp Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) UIN
Jakarta sebagai koordinator divisi kesehatan OPAK tingkat universitas harus menggunakan
obat-obatan yang tersedia di sekretariat KSR-PMI (milik pribadi) untuk
mengobati mahasiswa baru (maba) yang sakit.
Ketua UKM KSR-PMI UIN
Jakarta Istianto Hari Pratama mengungkapkan, untuk pembelian obat-obatan
KSR-PMI menggunakan anggaran kegiatan lembaga kemahasiswaan. Selain itu mereka
juga menggunakan dana hasil dari tim kesehatan yang bertugas ke luar kampus, dan dana dari hasil cek kesehatan dan cek golongan darah. “Dana kesehatan dicoret kalau kata pihak Dema Universitas (Dema-U), jadi untuk membeli obat kita memakai
dana yang dimiliki KSR,” ujarnya, Rabu (24/8).
Istianto juga
mengeluhkan mengenai fasilitas yang disediakan untuk tim kesehatan OPAK. Ia
mengungkapkan, pihak universitas hanya menyediakan tempat. Sedangkan fasilitas
lain seperti karpet, banner, tenda, air minum KSR-PMI
menyediakannya sendiri. “Padahal saya sudah kasih tahu itu ke grup panitia OPAK
Universitas dan minta tanggung jawab,” keluhnya, Jumat (26/8).
Sekretaris UKM KSR-PMI,
Iffa Iffatunnufus pun menyayangkan ketiadaan dana kesehatan. Menurutnya, dana
kesehatan penting melihat banyaknya peserta OPAK yang sakit ketika acara
berlangsung. Selain itu, obat-obatan yang dimiliki oleh UKM KSR-PMI hanya
bersifat umum, seperti halnya obat pusing, maag, dan asma.
Pada acara geladi OPAK,
Selasa (23/8), divisi kesehatan OPAK tingkat universitas mendirikan tiga posko
kesehatan, dua posko di lapangan Triguna dan satu posko di Auditorium Harun
Nasution. Sedangkan dalam acara OPAK tingkat universitas mendirikan tiga posko,
dua di lapangan Triguna dan dua posko di Aula Madya. Selama kegiatan tersebut
mereka menangani kurang lebih 70 maba yang sakit.
Ketidaklengkapan obat
yang ada di posko kesehatan akhirnya menyebabkan beberapa maba yang sakit
dirujuk ke Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti salah satu peserta
OPAK yang menderita cidera persendian. “Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta
menyediakan obat-obatan penyakit yang lebih serius, seperti paru-paru dan maag
akut, ” tambah Iffa, Kamis (25/8).
Menanggapi persoalan
tersebut, Bendahara Pengeluaran Pembantu Kemahasiswaan Joko Maryono
menjelaskan, dalam pengajuan Rencana Belanja Anggaran (RBA) pertama Dema-U,
terdapat anggaran dana untuk pembelian obat-obatan. Namun, setelah ada
perubahan RBA, tidak ada dana untuk pembelian obat. “Awalnya dalam RBA,
anggaran kesehatan OPAK Universitas sebesar Rp785 ribu,” ungkap Joko, Kamis
(25/8).
Joko juga menjelaskan,
penghapusan dana kesehatan yang dilakukan oleh pihak Dema-U, karena jumlah
anggaran untuk OPAK yang diajukan Dema-U melebihi anggaran yang disiapkan oleh
pihak rektorat. Dalam pengajuan pertama, Dema-U mengajukan anggaran dana
sebanyak Rp120 juta, sedangkan anggaran dari universitas sebanyak Rp103 juta.
Saat dihubungi,
bendahara OPAK universitas Putri Ayu Silmi Afifah tidak berkenan untuk
diwawancara. Ia enggan memberikan keterangan terkait tidak adanya dana
kesehatan ketika dimintai konfirmasi oleh reporter Lembaga Pers Mahasiswa
Institut lewat telepon, Kamis (25/8).
Sedangkan, Ketua Dema-U
Ahmad Al-Darda mengaku tidak tahu-menahu mengenai peniadaan dana kesehatan.
Menurutnya, ketua OPAK telah mencantumkan dana kesehatan dalam pengajuan RBA
dan selebihnya disetujui oleh pihak keuangan
pusat. “Yang punya hak mengesahkan
RBA itu ada di keuangan pusat,” tambah Darda, Kamis (25/8).
Darda juga menambahkan,
dalam pengajuan RBA tidak ada dana untuk kesehatan OPAK Universitas disebabkan
adanya kerja sama dengan Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta. “Hasil rapat
di kemahasiswaan menyepakati masalah kesehatan dipercayakan ke pihak Rumah
Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta,” ungkap Darda, Kamis (25/8).