Melancong bumi Bengkulu menjadi destinasi menarik.
Selain wisata, belajar sejarah kian menjadi poin tambahan
Tidak
lengkap rasanya bila pergi ke Bengkulu tanpa mampir ke Benteng Marlborough.
Cagar budaya yang berada di pesisir pantai Tapak Paderi Bengkulu ini
mengajarkan nilai-nilai sejarah, para pengunjung juga akan dimanjakan dengan
pemandangan Samudra Hindia yang terhampar biru.
Meski
secara geografis benteng peninggalan Inggris ini terletak di pinggir kota, para
pengunjung tak perlu khawatir tersesat karenaa akses menuju kawasan ini
terbilang cukup ramah. Hanya dengan menaiki angkutan E3
dari Bandara Fatmawati Bengkulu, pengunjung akan diantar sampai Panorama.
Untuk melanjutkan perjalanan, pengunjung harus
manaiki angkutan C3 yang nanti
akan berhenti tepat di Benteng Fort
Marlborough.
Bangunan
yang didirikan oleh warga negara Inggris pada 1714 tergolong benteng terbesar di kawasan Asia Tenggara
dengan lebar bangunan mencapai 120,5 meter dan panjang 180 meter. Selain itu,
benteng yang didirikan di atas bukit buatan ini terkenal dengan corak
arsitektur Inggris pada abad ke-18 yang
megah dan kokoh.
Saat
pertama memasuki Benteng, para pengunjung akan melewati sebuah jembatan kayu
yang terbuat dari rantai besi. Menurut salah satu Penjaga Benteng Marlborough
Fatmawati Nur Hayati, jembatan 10 meter ini berbeda dari pada jembatan pada
umumnya secara fungsional. “Dulu, jembatan ini bisa dinaikan dan diturunkan
dalam situasi darurat pada zaman Inggris,” jelasnya, Kamis (28/4).
Semakin
jauh mengelilingi benteng, pengunjung akan menemui bangunan tak beratap. Di
sana, berjajar peninggalan Inggris berupa meriam yang sudah berkarat dimakan
waktu dan sering terkena hujan dan panas.
Di
antara bilik-bilik benteng, salah satunya terdapat sebuah tempat yang
bertuliskan ruang interogasi Soekarno. Konon, tepat pada 1938 hingga 1942,
Presiden Indonesia pertama ini sempat diasingkan di Bengkulu. “Walaupun ada
ruangan yang bertuliskan ruang interogasi Soekarno tetapi sekarang belum ada
data dan dokumen yang kuat membuktikan kebenarannya,” papar Pemandu Wisata Benteng Marlbourgh Muhammad
Hamdi, Kamis (28/4).
Selepas
puas berkeliling bagian bawah Benteng, pengunjung bisa menaiki tangga yang
terletak di sudut kanan dan kiri benteng. Pada bagian atas benteng ditumbuhi
rerumputan hijau.
Sambil
berjalan menaiki anak tangga, Hamdi bercerita, tujuan pembangunan benteng ini
sebagai tempat pertahanan Inggris. Juga, sebagai kantor dan penjara. Karena
itu, pada bangunan utama terdapat beberapa
ruangan yang dipasangi dengan
jeruji besi.
Kala
masyarakat Inggris masih di Bengkulu, tak sedikit perlawanan yang dilakukan
rakyat Bengkulu untuk mengambil ahli fungsi Benteng Marlborough. Kejadian
pembakaran benteng pertahanan pun pernah terjadi sekitar tahun 1724. Setelah
sempat dikuasai masyarakat pribumi, benteng ini kembali dikuasai Inggris.
Selepas
kemerdekaan Indonesia, sambung Hamdi, benteng ini berhasil direbut dengan
Indonesia dan sempat menjadi markas kepolisian dan Tentara Negera Indonesia
Angkatan Udara (TNI-AU). Baru setelah tahun 1997, benteng diserahkan pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan cagar budaya Provinsi Bengkulu.
Benteng
yang terletak di Kebung Keling, Teluk Segara, Kota Bengkulu ini memang tak pernah
sepi didatangi pengunjung. “Bahkan, mencapai 4 sampai 5 bus datang berkunjung
pada hari libur,” ujar Fatmawati selaku Penjaga Benteng Marlborough
Sebagai
warga asli Bengkulu, wisata sejarah Benteng Marlborough merupakan salah satu
tempat wisata yang tak pernah membosankan. Keindahan pemandangan di benteng
menjadikan pengunjung ingin berkunjung kembali ke sana. Selain melihat
peninggalan sejarah, berfoto dengan latar pantai yang indah juga turut menjadi
salah satu kegemaran yang tak pernah tinggalkan.
Berwisata
ke Benteng Marlborough tidak harus
mengeluarkan biaya mahal. Untuk sekali masuk, tiap pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp5 ribu. Tempat ini sangat
disarankan untuk wisata keluarga karena selain murah-meriah anak-anak bisa
dikenalkan dengan pengetahuan sejarah zaman dahulu.
Lya Syam Arif