Februari 2016,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengganti pengelola
parkir kampus dari UIN Parking kepada Gerbang Berkah (GB) Parking. Selama satu
bulan terhitung sampai 31 Maret 2016 sistem tersebut masih dalam masa uji coba.
Sejak
bergantinya pengelolaan, berbagai fasilitas dipasang untuk menunjang keperluan
parkir. Pemindai tiket, mesin tiket dan palang otomatis telah dipasang GB
Parking. Namun, sebagian fasilitas belum dipasang seperti kamera Closed
Circuit Television (CCTV).
Instalasi CCTV
untuk saat ini hanya ada di loket parkir menuju Gedung Rektorat. Salah satu petugas
kontrol GB Parking, Rouf mengatakan, CCTV belum terpasang di semua lokasi
lantaran masih dalam masa uji coba. “Ke depannya (April 2016) CCTV akan
dipasang di semua loket masuk dan keluar,” tambahnya, Senin (21/3).
Bukan hanya
CCTV yang belum terpasang, penggunaan alat pemindai tiket pun belum maksimal.
Rouf menambahkan, pemindai tiket berfungsi sebagai penghitung lama waktu parkir
kendaraan. Selanjutnya, data dari pemindaian akan disamakan dengan data yang
didapatkan dari CCTV. “Jadi, saat tiket discan akan keluar foto
pengendara dan plat kendaraan,” kata Rouf.
“Sistem parkir
saat ini tak ada ubahnya dengan pengelolaan parkir sebelumnya (UIN Parking),”
ungkapnya. Bukan hanya fasilitas yang belum maksimal, tetapi anggaran asuransi
bagi kendaraan bermotor pada masa uji coba belum diberikan. Asuransi baru,
sambungnya, akan diberikan pada saat semua sistem telah diberlakukan sepenuhnya
pada April 2016.
Rouf
menegaskan, asuransi belum diberikan karena masih dalam masa percobaan.
Terlebih, lanjutnya, tarif yang diberikan tidak berubah dari pengelolaan yang
lama. Dengan alasan nominal tarif yang kecil membuat asuransi tersebut belum
diberlakukan.
Menanggapi
berubahnya fasilitas dan pengelolaan parkir swasta, tidak sedikit mahasiswa
yang tidak setuju atas pergantian tersebut. Salah satu mahasiswa semester
empat, program studi (Prodi) Sejarah dan Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan
Humaniora (FAH), Muhammad Zalfa mengatakan, jika pengelolaan dipegang oleh
pihak swasta sama saja dengan menjual kampus. “Sebaik-baiknya fasilitas, tetap
saja hanya menjadi lahan bisnis,” ungkapnya, Senin (21/3).
Senada dengan
Zalfa, mahasiswa semester enam, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Budi Prastya mengatakan,
tarif parkir cukuplah Rp500 jangan terlalu membebankan mahasiswa. “Ini kan
kampus negeri, jadi lebih baik dibenahi dulu fasilitasnya,” katanya, Senin
(21/3).
Eko Ramdani