Niat Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam membenahi pengelolaan parkir berdampak pada
Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pasalnya, RTH yang sudah lama minim semakin menghilang
karena pengalihfungsian lahan parkir.
Ketua Kelompok Mahasiswa Pecinta
Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan (KMPLHK) Kembara Insani Ibnu Batuta (Ranita)
Syamsul Hidayat Lubis, menyayangkan UIN Jakarta sejak dulu sangat minim RTH.
Padahal, dalam peraturan Undang-undang nomor 26 tahun 2007 pasal 29 tentang
penataan ruang jelas dikatakan untuk porsi RTH privat paling sedikit 30%
dari luas lahan.
Syamsul menjelaskan, bahwa RTH itu
terbagi menjadi dua kategori yakni, privat dan publik. Menurutnya, UIN Jakarta termasuk
dalam RTH privat karena letaknya yang hanya bisa diakses oleh pihak kampus. “Untuk
porsi masing-masing sudah diatur dalam undang-undang, privat tiga puluh persen,
nah publik dua puluh persen,” ujar Balong, panggilan akrabnya Rabu (23/3).
Balong menambahkan, sejak dulu UIN
Jakarta tidak serius dalam menangani RTH. Padahal, fungsi RTH bukan hanya penghijauan
saja, akan tetapi untuk resapan air tanah. “Mirislah, persepsi orang atas
(rektor) sama kita, “ tambahnya.
Di sisi lain, Kepala Bagian (Kabag)
Umum Suhendro Tri Anggono mengiyakan penggunaan RTH menjadi alternatif karena
lahan parkir minim. Jika RTH difungsikan kembali, parkir pun akan penuh di
depan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) lagi. “Nyatanya memang enggak
ada lahan lagi, dan akan berantakan juga” ujarnya Jumat (18/3).
RTH, tambah Suhendro, bersifat
sebagai kantong parkir cadangan, sampai gedung baru terpenuhi kendaraan
bermotor. Kantong-kantong parkir tersebut meliputi, depan Perpustakaan Utama (PU),
paving blok di depan sekretariat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen
Mahasiswa (Menwa) dan Teater Syahid.
Suhendro menerangkan, ada 6.500
motor masuk kampus, tetapi kapasitas
gedung baru hanya 1.280. Alhasil, kantong-kantong parkir tersebut sampai saat
ini masih sangat dibutuhkan walaupun lahan parkir masih juga kurang. “Jadi ya
memang enggak ada lahan, realistis aja lah,” tegasnya.
Menanggapi masalah RTH yang masih
dialihfungsikan untuk parkir, Penanggung Jawab Lapangan Gerbang Berkah (GB) Parking,
Hendra mengatakan terpaksa menggunakan RTH untuk kantong parkir cadangan. Selain
itu, kapasitas motor tidak sebanding dengan lahan parkir yang tersedia. “Ini
bukan salah pengelolanya tetapi memang tidak memadai lahan parkirnya,” ujar
Rabu (23/3).
Hendra mengaku sedikit gusar pada April
nanti, ketika selesainya masa percobaan satu bulan oleh pengelola baru. Di mana
sejumlah persiapan seperti Closed Circuit Television (CCTV), kartu
member bulanan seharga Rp17.500 telah
mulai dioperasikan. “Otomatis mahasiswa menuntut lebih akan fasilitas yang
diterima, mahasiswa merasa bayar kan” ungkap Hendra.
Eli Murtiana