![]() |
(Dok: Pribadi) |
Sebagai calon terpilih pada Pemira 2015,
Darda dan Ova siap mewadahi kretivitas mahasiswa lewat hari budaya. Mereka juga
siap mendirikan lembaga penelitian untuk menunjang penelitian mahasiswa.
Setelah gagal saat mencalonkan diri sebagai
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Ahmad Al-Darda tetap optimis
membawa perubahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada Pemilhan Umum Raya (Pemira) 2015 ia mencoba peruntungannya di tingkat
universitas dengan mencalonkan diri sebagai Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa
Universitas (Dema-U) dan menggandeng E.Ova Siti Sofwatul Ummah sebagai Wakil Ketua
Dema-U.
Darda dan Ova yang menjadi calon nomor urut
1 mendapat perolehan suara sebanyak 5.817 suara di Pemira 2015.
Merekamengalahkan calon nomor 2, Ibrahim Aris Sumantri dan Humaidi yang
memperoleh 4242 suara berdasarkan hasil hitung cepat Divisi Penelitian dan
Pengembangan (Litbang) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut.
Dalam visinya, calon nomor urut 1 ini ingin
menjadikan oganisasi intrakampus sebagai miniatur nation state yang
aspiratif, akomodatif serta menjunjung tinggi moral, religiusitas yang
berlandaskan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka juga ingin meningkatkan
intelektual dengan mengintegrasikanantara sains dan agama serta menjujung
tinggi moral, religiusitas berlandaskan kepada Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam misinya, Darda dan Ovaberusaha
mewujudkan Dema-U sebagai lembaga yang komunikatif, akomodatif dan aspiratif.
Selain itumereka ingin menjadikan Dema-U sebagai teladan bagi organisasi intrakampus
yang melestarikan nilai-nilai luhur nusantara. Mereka juga akan mengoptimalkan
Dema-U sebagai wadah pengembangan intelektualitas dalam rangka reaktualisasi
tradisi ilmiah keislaman, keilmuan dan keindonesian.
Agar misi pelestarian nilai-nilai luhur
nusantara dapat terwujud, Darda dan Ova ingin mengadakan sebuah acara hari
budaya. Darda menerangkan, acara tersebut nantinya dapat menjadi wadah
mahasiswa untuk saling bertukar kebudayaan daerah masing-masing agar kekayaan
seni budaya nusantara bisa dikenal seluruh mahasiswa UIN Jakarta.
Ova pun berharap dengan adanya hari budaya tak
hanya mewadahi kreativitas budaya tetapi bisa juga menjadi ajang silaturahmi organisasi
primordial. “Mahasiswa UIN Jakarta kan dari Sabang sampai Maruke.Sayang
kalo tidak ada acara pertukaran budaya” jelas Ova, Kamis (24/12).
Tak hanya itu, demi mewujudkan visi dan
misinya, Darda ingin menyediakan wadah untuk mahasiswa berkarya dalam
penelitian. Untuk itu ia berencana membentuk sebuah lembaga penelitian mahasiswa
yang mana di sana mahasiwa dapat berkontribusi secara langsung.
Senada dengan Darda, Ova memaparkan akan
pentingnya lembaga penelitian mahasiswa karena universitas yang baik salah
satunya bisa dilihat dengan banyaknya penelitian dari mahasiswa. “Rata-rata
universitas terkenal di Indonesia sudah punya lembaga penelitian, seharusnya
UIN Jakarta jangan mau kalah dengan universitas lainnya”, paparnya.
Selain itu Darda dan Ova kompak akan
membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama organisasi intrakampus. “Kami
di sini tidak bisa bekerja tanpa ada bantuan dari teman sesama organisasi intrakampus
lainnya. Makanya kerukunan harus selalu dijaga”,ungkap Darda, Rabu (23/12).
Meski mendapatkan suara terbanyak dalam Pemira 2015, Darda
dan Ova mencoba tidak besar kepala. Darda menilai kalah atau menang dalam
Pemira adalah hal biasa. Darda pun
mewajarkan kericuhan yang terjadi selama Pemira 2015. “Yang penting kericuhan
tersebut tidak berlarut-larut”,terangnya.
LSA