Mahasiswa sebagai agent of change atau agen perubahan
haruslah melakukan berbagai cara untuk menciptakan hal baru. Salah satunya
dengan membuka usaha untuk menambah lapangan pekerjaan.
Menjawab hal tersebut Pusat Ekonomi
Kreatif (Pekraf) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan
kelompok mahasiswa yang bergerak dalam bidang bisnis, UINPreneuers mengadakan
seminar dengan tema Creative UINPreneurs.
Acara tersebut diselenggarakan di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta, Kamis
10 Desember 2015.
UIN Jakarta sebagai salah satu
institutsi pendidikan tinggi yang mencetak sarjana harus memberikan bekal bagi mahasiswanya
dalam dunia bisnis. Setiap sarjana haruslah mempunyai pengalaman di dunia kerja.
“S1 (strata satu) haruslah mencoba pekerjaan,” ungkap Rektor UIN Jakarta, Dede
Rosyada, Kamis (10/12).
Dalam acara ini, hadir Menteri
Perindustrian Indonesia periode 2005-2009, Fahmi Idris. Ia mengatakan, kurangnya
pengusaha di Indonesia karena minimnya modal. Selain itu, kurang pengalaman
menjadi faktor lambatnya pertumbuhan pengusaha Indonesia.
Direktur Lembaga Pengkajian Pangan
Obat dan Makanan (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Lukmanul Hakim
mengatakan, satu per tiga populasi manusia di dunia adalah muslim. Mereka
adalah lahan untuk menjual produk halal. “Sekitar dua milyar konsumen halal di
dunia,” ungkapnya, Kamis (10/12).
Selain itu, tambah Lukman,
perdagangan internasional dapat ditingkatkan dengan cara sertifikasi halal. Namun,
hal tersebut masih sangat kurang di Indonesia. “Pasar internasional Indonesia
baru mempunyai 12% produk halal di dunia,” katanya.
Selain para ahli dalam bidang
ekonomi, acara ini juga mengundang tokoh-tokoh yang telah berhasil
mengembangkan usaha mandirinya, seperti pendiri PeaceGen, Irfan Amalee dan
artis, Zaskia Adya Mecca. Mereka bercerita tentang pengalamannya mencari
penghasilan sendiri.
Zaskia mengatakan, kemajuan
teknologi komunikasi haruslah dimanfaatkan dengan baik. Generasi muda dapat
menggunakan media sosial untuk memasarkan produknya secara mandiri dan tidak memerlukan
banyak modal. “Sebagai contoh kita dapat menggunakan Instagram sebagai promosi,”
ungkapnya, Kamis (10/12).
Ia bercerita, pernah membuka butik
muslimah dengan modal yang sangat sedikit. Awal modal tiga juta rupiah ia gunakan
menjual perlengkapan muslim. “Saat ini minimal 80 paket setiap harinya dikirim
dengan item yang berbeda,” tambahnya.
Selain Zaskia, Irfan Amalee juga
menceritakan pengalamannya menjadi seorang social
preneurs. Ia mengatakan, menjadi pengusaha tidak harus menjual barang,
tetapi juga dapat berupa jasa. “Memecahkan masalah di lingkungan sosial juga
dapat menjadi sebuah peluang,” ungkapnya, Kamis (10/12).
Kesempatan menjadi sosial preneur di Indonesia sangatlah
terbuka. Hal tersebut karena banyak masalah sosial di Indonesia tetapi jarang
solusi. Maka dari itu, peran sosial
preneur sangatlah dibutuhkan. “Sebagai contoh adalah merubah masyarakat
intoleransi menjadi toleransi,” tambahnya.
Acara yang juga menjadi launching Pekraf UIN ini diharapkan
dapat memotivasi mahasiswa untuk menjadi seorang pengusaha. Bukan hanya
memenuhi lapangan pekerjaan, tetapi sudah selakyaknya sarjana membuka lapangan
pekerjaan. “Mahasiswa yang mempunyai ilmu lebih harus mampu membuka usaha sendiri,”
ungkap ketua acara, Iqbal Zaenal, Kamis (10/12).
ER