Beberapa mahasiswa mengeluhkan hilangnya kendaraan dan
helm. Pengawasan keamanan lahan parkir UIN Jakarta dipertanyakan.
Sebanyak 82 satuan pengaman (satpam) bertugas menjaga
keamanan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tiga
orang satpam melakukan patroli bergilir pada jam tertentu untuk menjaga situasi
keamanan lahan parkir tiap harinya. Demikian yang dikatakan Ketua Satpam UIN
Jakarta, Satori di Gedung Rektorat, Rabu (18/11).
Kepala Bagian (Kabag) Umum UIN Jakarta, Muhammad Ali
Meha merasa kuantitas anggota satpam dapat menutup kekurangan pekerja dari
pegawai parkir yang hanya berjumlah 20 orang. Meski begitu, data Parking UIN mencatat
tahun 2012 hingga 2015 masih ada 9 kasus pencurian motor terjadi di lahan
parkir.
Dari jumlah tersebut, 8 kasus pencurian terjadi di
kampus satu dan sisanya di kampus dua. Kelalaian mahasiswa meninggalkan kunci
ia anggap sebagai penyebab utama mahasiswa kehilangan motor. “Kita punya data
sehari dapat ditemukan 15 kunci tersangkut di motor,” ungkapnya, Jumat (20/11).
Tak hanya itu, kata Ali, tak adanya kunci pengaman tambahan dan masih manualnya
palang pintu juga diyakini menjadi penyebab lainnya.
Kehilangan motor sempat dialami Achmad Fauzi.
Mahasiswa semester 7, Program Studi (Prodi) Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) mengatakan, pada Mei tahun lalu motor bermerek
NinjaRR150P miliknya hilang saat terparkir di dekat kanopi fakultasnya.
Petugas parkir segera menyisir seluruh lahan parkir
di kampus satu UIN Jakarta untuk menemukan motor yang hilang tersebut. Tak
kunjung mendapat hasil yang memuaskan, ia dan petugas parkir segera melapor
kepada Polisi Sektor (Polsek) Ciputat dan membuat surat kehilangan. Selang
beberapa hari, ia mendapat uang ganti rugi sebesar 1,5 juta dari Bagian Umum
UIN Jakarta.
Tak hanya kendaraan, kasus hilangnya helm juga kerap
terjadi di lahan parkir. Mahasiswa semester 7, Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah
dan Hukum (FSH), Dimas Anggri Wiji Dwi Angkoso bercerita, tahun 2012 silam ia sempat
kehilangan helm saat memarkirkan motor dekat pintu masuk. “Helm itu gua beli
seharga 200 ribuan dan baru dipakai empat
bulan,” keluhnya, Senin (16/11).
Ia sempat melaporkan kehilangan helm pada satpam
yang sedang bertugas. “Mereka (satpam) beralasan hal tersebut bukan tanggung
jawabnya, kemudian mengalihkan saya ke tukang parkir,” tandasnya, Senin
(16/11). Saat ditanya, pegawai parkir juga acuh terhadap hilangnya helm
tersebut.
Setahun kemudian, mahasiswa ini kembali kehilangan
helm. Sebelumnya, ia merasa yakin helm itu tak akan hilang karena sudah
disangkutkan dengan motor. Kali ini, ia memilih tak melaporkannya kepada satpam
dan pegawai parkir lantaran terlanjur kecewa pada kasus pencurian yang dialami
sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Ali mengungkapkan, wewenang
menjaga keamanan terdapat pada satpam, petugas parkir hanya bertugas saat
kendaraan masuk, keluar dan menertibkan parkiran. Biaya karcis motor seharga lima ratus rupiah tak menjamin
kehilangan barang yang terjadi di lahan parkir. “Kita memberikan uang ganti
rugi pada korban kehilangan kendaraan sebagai bentuk empati,” katanya, Jumat
(20/11). Namun, uang ganti rugi tak diberikan kepada korban kehilangan helm.
Senada dengan Ali. Satori juga mengatakan,
kasus pencurian helm
sulit terdeteksi. Menurutnya, pelaku langsung menggunakan helm setelah ia
mencuri barang tersebut. “Kalo ketangkap sih itu kebetulan aja,” dalihnya, Rabu (18/11). Padahal, tak hanya mengerahkan
satpam, beberapa fakultas juga sudah memasang kamera Closed Circuit Television (CCTV) demi mengintensifkan keamanan
kampus.
Salah seorang pelaku pencurian, Ahmad (bukan nama
sebenarnya) mengungkapkan, pada tahun lalu ia pernah mencuri helm di sekitar
kampus UIN Jakarta. Ia merasa tak ada kendala yang sempat dialami saat
mengambil helm tersebut. “Ngambilnya
juga gampang soalnya nggak ada yang jagain,”
tegasnya, Kamis (19/11). Pencurian tersebut terpaksa dilakukan lantaran mendesaknya
kebutuhan ia dan temannya saat itu.
Senada dengan Ahmad. Syazal (bukan nama sebenarnya)
mahasiswa UIN Jakarta ini mengaku dua kali mengambil helm di motor orang lain
yang terparkir dekat kantin Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) karena terburu-buru
pergi ke suatu tempat. Ia mengaku sempat melihat kondisi di lahan parkir terlebih
dahulu sebelum mencuri helm. “Situasi udah aman, gua ambil,” ungkapnya, Jumat
(20/11).
Ali menyampaikan, orang yang tertangkap tangan
sedang mencuri akan segera ia laporkan kepada pihak kepolisian. Ia berencana pada
tahun 2016 pengelolaan parkir akan segera diberikan kepada pihak ketiga. Jika
sudah dikelola oleh pihak ketiga yang lebih professional, tiap kendaraan yang
parkir akan diberikan asuransi meski akan ada kenaikan harga.
Rizky Rakhmansyah