Mengajar kerap kali menjadi rutinitas
sebagian mahasiswa. Banyak dari mereka yang menyulap tempat tinggalnya menjadi
wadah anak-anak untuk menimba ilmu.
Terik matahari tak menyurutkan niat
Hevi Indriani untuk mengajar anak-anak. Lima hari dalam seminggu, Hevi selalu
menyiapkan materi yang akan diberikan pada siswa-siswinya. Sejak 2012, ia
mengubah teras tempat tinggalnya di Jalan Puskesmas, Pondok Aren menjadi tempat
kursus bagi siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Materi yang diajarkan Hevi pun beragam,
mulai dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sampai
Bahasa. Tempat kursus yang digagas oleh Mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra
Inggris (BSI) ini terbilang sukses. Terbukti, sampai saat ini sudah hampir 30
siswa-siswi SD dan SMP sekitar tempat tinggalnya resmi menjadi murid Hevi.
Meski hanya mendapat Rp 50 ribu
persiswa tiap bulannya, kecintaanya terhadap anak-anak membuat Hevi tak merasa
rugi. “Saya gak mempermasalahkan keuangan,
malah senang karena bisa bertemu dan mendidik anak-anak secara langsung,”
ujarnya, Jumat (16/10).
Adanya tempat ini, lanjut Hevi, bermula
dari ibu-ibu di sekitar rumah yang memintanya membantu Pekerjaan Rumah (PR)
putra-putri mereka. “Awalnya cuma Bahasa Inggris,
lama-lama semua mata pelajaran kecuali Olahraga dan Seni Budaya.”
Membuka tempat kursus di tempat tinggal
pun turut dilakukan Ahmad Nabhan. Tak seperti kebanyakan mahasiswa yang
menjadikan teras rumahnya sebagai tempat nongkrong, mahasiswa Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) ini juga memanfaatkannya sebagai tempat
kursus bagi siswa-siswi SD dan SMP.
Menurut Nabhan, dengan mengajar, ia
dapat mengimplementasikan kompetensinya sebagai mahasiswa. Di tengah padatnya
jam kuliah, ia tetap menyempatkan waktu untuk mengajar di tempat kursusnya,
Rumah Bimbel Surya Gama, Pulogadung Jakarta Timur. Ia mengajar setiap hari
mulai pukul 14.00-18.00 WIB.
Tak hanya mengajar bersama teman-teman
satu kampusnya, mahasiswa semester 7 ini juga ditemani teman-teman dari kampus
lain, yaitu Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
dan Universitas Haji Ahmad Karim Amrullah (UHAMKA). Sampai saat ini, sudah
hampir 100 anak yang menjadi anak didik Rumah Bimbel Surya Gama.
Selain itu, Nabhan juga ingin
menyediakan tempat belajar yang nyaman bagi anak-anak sekitar rumahnya. Para
pengajar di sana pun tak segan memberikan pendidikan di luar jam belajar. “Jika
ada siswa yang ingin konsultasi belajar di luar jam kursus, baik bertemu
langsung maupun via sms pasti kami respons,”
kata Nabhan, Jumat (16/10).
Kepedulian mahasiswa terhadap
pendidikan juga turut melatarbelakangi terbentuknya Maroon English Course.
Tempat kursus yang digagas oleh Siti Mualiyah ini berlokasi di Semanggi 2
Ciputat, Tangerang Selatan.
Menurut Alya, biasa ia disapa,
pendidikan menjadi tanggung jawabnya sebagai sivitas akademika, ditambah lagi
identitasnya sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Tabiyah dan Keguruan (FITK). “Kalau
kita punya ilmu, gak usah mikir-mikir untuk berbagi,”
pungkasnya, Jumat (16/10).
Berdiri sejak September 2012, Maroon
English Course juga membuka kelas Test Of English Foreign Language (TOEFL).
Untuk TOEFL, sambung Alya, Maroon English Course menggunakan metode kombinasi
antara Oxford dan Cambridge.
Sedangkan untuk metode pembelajaran,
Alya mengaku jarang mengadakan kegiatan belajar mengajar di dalam ruangan
karena terkesan formal. “Kadang di taman UIN, kadang juga
di Situ Gintung. Pokoknya agar mereka bebas dan gak jenuh,”
kata Alya. Hingga saat ini, tercatat sekitar 100 siswa di Maroon English
Course.
Berbeda dengan Nabhan, Alya hanya fokus
mengajar satu mata pelajaran, yaitu Bahasa Inggris. Ketika ditanya alasan, dara
kelahiran Jawa ini mengaku ingin fokus pada Bahasa Inggris, baik speaking,
reading, listening, writing, dan grammar.
Arini Nurfadilah