![]() |
Sumber: Internet |
Oleh : Eko Ramdani
Infrastruktur atau
prasarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu
yang menunjang berlangsungnya sebuah prosesdan kegiatan. Tanpa adanya prasarana,
tiap peristiwa sepertipembangunan dan berbagai aktivitas manusia tidak akan
berjalan dengan lancar
Prasarana yang
cukup vital keberadaannya adalah jalan.Jalan digunakan sebagaisarana yangmenghubungkan
berbagai tempat di suatu daerah. Pentingnya fungsijalansudah disadari sejak
Indonesia dijajah Belanda. SaatHindia Belanda nama Indonesia dahulu dipimpin Herman
Willem Daendels, rakyat Indonesia dipaksa untuk membangun jalan yang
menghubungkan ujung Barat dengan Timur Jawa.
Akan tetapi,
jika kita melihat kondisi jalanan saat ini di wilayah Tangerang Selatan
(Tangsel) masih terdapat beberapa ruas jalan yang rusak. Pernyataan tersebut bukan
tanpa alasan. Dikutip dari www.dbmsda.tangerangselatankota.go.id,
38 kilometerpanjang jalan Tangsel rusak. Miris, perbaikan jalan tak kunjung
dilakukan hingga menjelang akhir tahun.
Hinggamenjelang
akhir tahun 2015,masyarakatdapat melihat banyak pembenahan prasarana: menggali
saluran air, menambal lubang di jalan, danmerenovasi pembatas jalan.Pemerintah
daerah melakukan perintah untuk membenahi kerusakan tersebut.Anggaran yang
dikeluarkan pun tak sedikit, namun hal tersebut tak menjadi masalah bagi daerah
yang mempunyai jumlah penduduk yang banyak.
Sayangnya,
Perbaikan prasarana di daerah terkadang hanya dilakukan di akhir masa jabatan
pemerintah. Terlebih, pembenahan prasarana di akhir tahun seperti menjadi ritual
bagi pemerintah Indonesia. Salah satu pembenahan yang terjadi di akhir tahun
terdapat di Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat. Pembatas jalan yang memang agak
tenggelam oleh aspal namun masih layak digunakan segeradirenovasi pemerintah.
Perbaikan
jalan juga kerap kali dijadikan ajang tutup buku sebagaipenentuan anggaran
tahun selanjutnya. Tak hanya itu, perbaikan prasarana banyak terjadi puladi
akhir masa jabatan. Bagi penguasa yang berniat kembali menyalonkan diri, hal
itu dapat menjadi bahan kampanyenya.
Bukan hanya
salah waktu,perbaikan prasarana juga dianggap salah target. Padahal, anggaran
dapat dialokasikan ke sektor lain yang jauh lebih penting yaitu pendidikan dan kesehatan.
Entah apa
alasan dari penguasa tentang hal itu, namun pastilah mereka mempunyai alasan
yang benar “bijak” adanya. Tetapi, apakah mereka (pemerintah) tidak melihat
yang ada disekitarnya? Atau mungkin mereka telah menutup mata dengan kepentingan
masyarakat secara umum?
*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta