![]() |
Sumber: Internet |
Oleh : Jannah Arijah*
Singapura salah satunya, masih banyak
masyarakat Indonesia yang menaruh minat untuk berwisata ke negara tetangga tersebut.
Tak hanya wisata yang menjadi tujuan utama masyarakat Indonesia, pendidikan dan
pengobatan medis pun turut berperan menjadi daya tarik tersendiri.
Dalam bidang pendidikan dan pengobatan medis, Singapura memiliki kualitas yang
lebih baik dibanding dengan Indonesia. Sehingga, wajar jika masyarakat
Indonesia lebih memilih Singapura.
Lalu, bagaimana dengan
wisata bahari di nusantara? Indonesia yang dijuluki dengan zambrut khatulistiwa
karena kehijauannya, bisa terkalahkan dengan Singapura yang hanya memiliki
gedung-gedung bertingkat. Keasrian alam Indonesia jelas jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Negeri Singa Muntah
tersebut.
Bahkan, masyarakat
Indonesia yang menempati tanah yang asri nan indah pun dapat berpaling ke
negara tetangga. Indahnya alam mulai dari biota laut hingga keindahan pegunungan
dan persawahannya merupakan aset pariwisata yang menakjubkan.
Banyak faktor yang
menyebabkan masyarakat Indonesia lebih tertarik ke negara tetangga. Salah
satunya, penerbangan untuk pergi ke negara tetangga lebih murah daripada ke negara sendiri. Hal
ini diungkapkan oleh Commercial
Director Mandala, Brata Rafly, yang dilangsir oleh kompas.com.
Faktor lainnya, perilaku konsumtif masyarakat Indonesia yang
lebih mencintai produk tetangga dibanding dengan produk sendiri. Karena, pengeluaran
terbesar masyarakat Indonesia saat keluar negeri adalah berbelanja baju,
perhiasan dan aksesoris lainnya.
Padahal jelas harga untuk berbelanja ke luar negeri lebih
mahal daripada di negara sendiri. Bahkan menurut survei Mercer Cost of Living yang
dilangsir oleh Kompas.com menyatakan bahwa Singapura merupakan
kota yang paling mahal untuk biaya hidup.
Hal ini menjadi tugas pemerintah khususnya
menteri pariwisata dan budaya dalam membenahi program parawisatanya. Pariwisata
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia
terlebih, diminati oleh wisatawan domestik.
Pengeluaran biaya tidak akan jatuh ke negara lain.
Mula-mula, pembenahan harus dimulai dari strategi promosi
wisata di setiap daerah. Kalau negara tetangga dengan menawarkan maskapai yang
murah, Indonesia juga dapat menawarkan tempat dan jamuan pariwisata yang baik dengan
harga terjangkau.
Selain itu, Indonesia
harus membangun kembali budaya 3S yaitu, sapa, senyum dan salam dalam
berinteraksi kepada para
wisatawan. Membangun kembali kepercayaan atas keamanan dan kenyaman di area
wisata. Lalu, tidak
membedakan budaya satu dengan yang lainnya. Sehingga, para wisatawan
mendapatkan kesan baik setelah pulang berwisata.
*Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta