Persiapan PKMP terkesan tergesa-gesa.
Program yang sudah lama dicanangkan ini pun masih belum berjalan optimal.
Dianggap
bisa menjawab keluhan mahasiswa mengenai Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)
yang kurang efektif bagi Program Studi (Prodi) Manajemen Pendidikan (MP), pelaksanaan
Praktik Kerja Manajemen Pendidikan (PKMP) malah dinilai kurang maksimal oleh sebagian
mahasiswa.
Hal
itu diungkapkan Ketua PKMP 2015, Wahidin, Kamis (24/9). Menurutnya, PKMP yang
dilaksanakan Agustus lalu, kurang bisa
mengatasi masalah di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, perencanaan
program mahasiswa tidak sepenuhnya terlaksana. “Seharusnya, mahasiswa MP bisa
memahami permasalahan di sekolah lebih baik lagi,” ungkapnya.
Salah
satu mahasiswa peserta PKMP, Agung Wahyu Saputra menuturkan, mulanya ia resah saat ia bersama teman-teman angkatannya
menjadi angkatan pertama untuk menjalani program percobaan tersebut. Apalagi, saat
ia juga baru menerima modul PKMP dari panitia hanya dua hari sebelum
pelaksanaan. Hal ini, kata Agung, berpengaruh terhadap kinerja mahasiswa, baik
segi pemahaman maupun penguasaan.
Walau
begitu, Agung menyatakan, dirinya lebih memilih PKMP dibanding PPKT. Selain karena
waktu pelaksanaannya yang lebih singkat, ia bisa lebih fokus dalam manajemen
sekolah daripada mengajar. Namun, menurut Agung, PKMP akan lebih optimal jika
diberlakukan tahun depan kepada mahasiswa angkatan 2013/2014.
PKMP
merupakan program baru di Prodi MP yang fokus menangani masalah manajemen sekolah;
mutu pendidikan, sarana prasarana, tenaga pendidik, sistem informasi manajemen
(SIM), dan manajemen perpustakaan. Wacana PKMP sebenarnya sudah lama
dicanangkan jurusan dalam rapat
fakultas. Namun, program baru bagi Prodi MP tersebut baru dapat dilaksanakan
tahun ini.
Saat
awal program ini diumumkan Mei lalu, PKMP memiliki 0 (nol) Sistem Kredit Semester
(SKS) dan bersifat tidak wajib bagi mahasiswa semester enam. Sehingga tercatat
setidaknya hanya 60% dari 70 mahasiswa Prodi MP semester 6 yang akan mengikuti
progaram baru tersebut. Di samping, waktu pelaksanaan yang bertepatan dengan
masa libur semester dan memakai anggaran pribadi.
Oleh
karenanya, pada akhir Mei lalu, pihak pihak prodi kemudia menggelar audiensi
bersama mahasiswa MP untuk membahas manfaat PKMP dan rencana membebankan 3 SKS
dalam program tersebut. Walhasil, beberapa hari sebelum pemberangkatan, Unit
Pelayanan Terpadu (UPT) Laboratorium Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) mengesahkan
PKMP dengan bobot 3 SKS.
Di
saat yang sama, pihak prodi juga menyepakati jumlah dana iuran yang harus
dikeluarkan mahasiswa sebesar Rp750 ribu per orang. Uang itu digunakan untuk akomodasi dan kegiatan di sekolah selama
pelaksanaan PKMP karena fakultas tidak menganggarkan dana untuk kegiatan
tersebut.
Kepala
UPT Laboratorium FITK, Ahmad Royani mengakui, pelaksanaan PKMP memang terkesan
dadakan karena ini merupakan program pertama di FITK. PKMP juga belum memiliki
buku pedoman yang seharusnya mengatur jalannya program tersebut. “Seharusnya
kan kalo jalanin program ada buku pedomannya, biar ada pakem yang ngatur,” jelasnya.
PKMP sekaligus penelitian dosen
Tahun
ini, PKMP diadakan di Kecamatan Cimarga, Banten pada Agustus 2015 selama satu
bulan. Di sana, mahasiswa dan dosen melakukan pengabdian kepada masyarakat, mempelajari
sistem administrasi di sekolah, serta meneliti manajemen sekolah dan
perpustakaan. Tiga poin ini merupakan bentuk dari tri dharma perguruan tinggi yang
dilakukan sivitas akademika.
Dalam
PKMP kali ini, mahasiswa melakukan dua jenis penelitian. Penelitian manajemen
sekolah yang dilakukan oleh setiap kelompok dan manajemen perpustakaan yang
dikerjakan bersama dosen. “Mahasiswa mengolah data, sedangkan dosen membantu
analisis penelitian serta berperan sebagai pengarah dan pembimbing,” ujar
Agung.
Koordinator
Pelaksana PKMP 2015, Tri Harjawati mengatakan, hasil penelitian dosen bersama
mahasiswa mendapat poin yang besar dalam pengisian Beban Kerja Dosen (BKD)
untuk mendapatkan dana sertifikasi. Selain itu, tambah Tri, penelitian tersebut
dapat mempertahankan akreditasi jurusan MP untuk lima tahun ke depan. Pasalnya,
untuk membuat akreditasi jurusan menjadi baik, jurusan tersebut harus
memperbanyak penelitian dan jurnal.
Di
sisi lain, Kepala Prodi (Kaprodi) MP, Hasyim Asyari menuturkan, penelitian
mengenai manajemen perpustakaan merupakan kerjasama antara dosen dan mahasiswa.
Namun, dalam praktiknya, kata Hasjim, dosen lebih dominan. Dengan adanya PKMP
ini, ia berharap dapat menghasilkan empat produk: pengabdian masyarakat dari
dosen dan atau mahasiswa, laporan praktikum, serta penelitian. “Selama ini kan
di UIN belum ada yang kayak gitu,” tutupnya.
Aci Sutanti