![]() |
(Sumber: Internet) |
Oleh:
Suci F. Tanjung*
Rabu, 9
September 2015 teman-teman mahasiswa di Ciputat mendapatkan pesan siar berupa
seruan aksi untuk melakukan protes kepada pemerintahan Joko Widodo. Aksi yang
diinisiasi oleh organisasi bernama Lingkar Studi Ciputat itu dilaksanakan pada
tanggal 10 September 2015 di depan Gedung MPR/DPR RI.
Dalam aksi tersebut, massa aksi
menggunakan pakaian dalam perempuan atau yang lazim disebut Breast Holder
(BH) sebagai simbolisasi pemerintahan yang lemah, lamban dan dianggap tidak
mampu menyelesaikan permasalahan rakyat. Pertanyaannya kemudian, mengapa
menggunakan BH? BH sangat identik dengan perempuan. Menggunakan BH sebagai
simbol untuk menandakan kelemahan, kelambanan, dan ketidakbecusan adalah hal
yang sangat tidak elegan. Artinya, pandangan sosial yang dikonstruk untuk
perempuan sebagai yang lemah, yang lamban, dan yang tidak becus telah diamini
oleh massa aksi.
Saya mewakili Keluarga Besar
Mahasiswa Ciputat yang terdiri dari Perempuan Seroja, Komite Mahasiswa dan
Pemuda Anti Kekerasan (KOMPAK), Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi (LS-ADI),
Kohati HMI Ciputat, Liberty Studies, HMI Komisariat FISIP Ciputat, dan PMII
Komisariat Adab Ciputat menyayangkan penggunaan simbol-simbol yang
diskriminatif dan subordinatif sebagai alat untuk mengkritik dan menuntut keadilan.
Sebagai masyarakat beradab, memiliki wawasan politik yang cukup luas dan
memegang predikat mahasiswa, sangat naif jika masaa aksi masih saja melecehkan
perempuan.
Oleh
karena itu, kami menuntut Lingkar Studi Ciputat untuk:
- Mengklarifikasi penggunaan pakaian dalam perempuan sebagai atribut aksi.
- Meminta maaf secara terbuka atas penggunaan simbol-simbol yang merendahkan perempuan.
- Berjanji di depan umum untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Jika
tuntutan ini tidak diindahkan maka kami melebeli organisasi Lingkar Studi
Ciputat sebagai organisasi yang tidak pro-perempuan.
*Penulis
adalah anggota Keluarga Besar Mahasiswa Ciputat