Jika
dilihat sekilas, rumah yang terletak di Kelurahan Anggut, Kota Bengkulu ini
berbeda dengan bangunan-bangunan lain di sekitarnya. Nuansa arsitektur tahun 90-an, terlihat pada struktur dan
desain interior dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut. Tidak hanya itu, rumah
ini juga menjadi saksi bisu perjuangan Soekarno dalam merintis usaha kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia.
Rumah
yang dibangun pada abad ke-20 ini, awalnya dihuni oleh pengusaha dari negeri
Cina yang bernama Tan Eng Cian. Pada tahun 1938, rumah tersebut dibeli oleh
pemerintah Belanda. Kemudian, dijadikan rumah kediaman Soekarno selama ia
diasingkan di Kota Bengkulu.
Itulah
sekilas gambaran tentang rumah pengasingan Soekarno di Kota Bengkulu. Rumah
yang kini menjadi cagar budaya Kota Raflesia ini, dahulu sangat dekat dengan
Benteng Malborough, benteng yang yang menjadi pusat pemerintahan Belanda saat
berada di Bengkulu. Rumah tersebut memang dirancang dekat dari pusat pemerintahan Belanda agar semua
gerak-gerik Soekarno dapat dipantau.
Pasca pengasingan di Kota Bengkulu, barang peninggalan
milik Soekarno disimpan di rumah pengasingan tersebut. Salah satunya adalah
buku. Berbagai macam buku seperti karya sastra klasik, ensiklopedia, data
kepemimpinan Jong Java, dan Alkitab Pemuda Katolik tersusun rapi didalam rak
kayu.
Sayangnya, buku-buku yang
mayoritas berbahasa Belanda itu sudah dalam keadaan usang termakan usia.
sekitar 60 persen dari jumlah keseluruhan buku yang ada di Rumah Pengasingan
Bung Karno ini mengalami kerusakan yang memprihatinkan.
Selain
mengoleksi buku, terdapat juga seragam milik sanggar kesenian Tonil Monte Carlo
yang didirikan oleh Soekarno. Nahas, keadaan seragam tersebut sudah terlihat
usang. Tidak tersedianya pengatur suhu di dalam lemari dan ruangan, menjadi
alasan koleksi pakaian tersebut usang.
Dengan
dijadikannya Rumah Soekarno sebagai cagar alam budaya, banyak masyarakat yang
datang berkunjung. “Pengunjung datang untuk melihat sejarah tentang Soekarno
ketika diasingkan di Bengkulu,” tutur Andri Hakim salah satu gate di rumah Soekarno, Jumat (31/7).
Senada
dengan Andri, mahasiswi Universitas Islam Malang, Dewi Sarah mengatakan, para
pengunjung dapat menambah wawasan sejarah Indonesia.“Rumah pengasingan Soekarno
saat di Bengkulu sangat bermanfaat dan menyenangkan selain tempatnya yang
bersih dan rapi untuk bertamasya,”
ungkap Dewi.
LSA