Identitas Buku
Judul :Bumi Manusia
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Editor : Astuti Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Isi : 535 halaman
Terbit : Cetakan 17, Januari 2011
ISBN : 979-97312-3-2
Tak
semua masyarakat Indonesia dapat mengenyam pendidikan pada masa penjajahan
Belanda. Hanya orang-orang tertentu yang dapat menuntut ilmu. Salah satunya
Minke, anak Bupati B yang berkesempatan untuk belajar di H.B.S (Hoogere Burger
School), H.B.S merupakan sekolah lanjutan setingkat SMA yang terkenal pada zaman
Belanda.
Pada
suatu hari, Robert Suurhof teman Minke yang sekolah di H.B.S mengajak Minke ke rumah
seorang hartawan Eropa bernama Tuan Herman Mellema di Wonokromo. Annelies
Mellema merupakan putri dari Herman Malemma dan gundiknya Nyai Ontosoroh yang tinggal
di sana. Pada pandangan pertama, Annelies dan Minke langsung jatuh cinta.
Kedatangan
Minke di Rumah Nyai Ontosoroh bagaikan angin segar bagi Annelies. Annelies yang
putus sekolah E.L.S (Europeesche Lagere School) pada tingkat empat menjalani
hidup untuk membantu ibunya. Lantas, Nyai Ontosoroh meminta Minke untuk tinggal
bersama di rumahnya Wonokromo.
Minke
merupakan penulis di sebuah koran terbitan Belanda bernama S.N. v/d D dengan
nama pena Max Tollenaar. Minke hanya menulis dalam bahasa Belanda karena ia
hidup dan belajar bersama orang Belanda. Bahkan, ibu Minke merasa bahwa anaknya
sekarang bukanlah Jawa lagi melainkan Belanda.
Selama
di Wonokromo, Minke belajar banyak hal dari Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh
menjadi gundik yang selalu belajar dan rajin membaca berbagai buku, bahkan
sampai mempunyai perpustakaan di rumahnya. Sehingga ia mampu memimpin pabrik,
perkebunan, dan peternakan milik Herman Melemma seorang diri.
Selama
Minke hidup di Wonokromo, ia seperti menggantikan posisi anak sulung keluarga Herman
Malema. Minke juga membantu Nyai
Ontosoroh dalam mengelola pabrik. Sekolah
H.B.S sempat mengeluarkan Minke karena sering absen. Tetapi berkat tulisan-tulisan
Minke di koran, akhirnya direktur sekolah H.B.S menerima Minke sebagai siswa H.B.S
kembali dengan syarat tertentu, seperti harus duduk di bangku terpisah dari
siswa lain.
Bahkan
ketika lulus dari H.B.S., Minke menjadi lulusan nomor dua seluruh Hindia dan
nomor satu di Surabaya. Minke tak pernah menyangka bahwa ia bisa mengalahkan
siswa-siswa Eropa.
Setelah
lulus dari H.B.S., Minke melangsungkan pernikahan dengan Annelies di Wonokromo.
Ibunda Minke, guru dan teman-teman H.B.S ikut menghadiri Pernikahan Minke dan
Ann. Semua masyarakat Wonokromo juga ikut serta dalam pesta pernikahan tersebut.
Setelah tiga bulan pernikahan Minke dan Ann, datang suatu masalah yang mulai
mengguncang keluarga baru Minke.
Telah
datang surat dari pengadilan Amsterdam yang menyatakan seluruh harta benda Tuan
Herman Mellema yang sudah meninggal jatuh ke tangan Ir. Maurits Mellema, anak
sah dari perkawinan Herman Mellema dengan seorang wanita di Belanda. Sekaligus
hak asuh dua anak yaitu Robert dan Annelies. Pengadilan Amsterdam menyatakan bahwa
pernikahan Tuan Herman Mellema dengan Nyai Ontosoroh adalah tidak sah, karena
latar belakang Nyai Ontosoroh seorang pribumi.
Hal
tersebut menjadi salah satu gambaran negara Belanda yang berkuasa terhadap rakyat
Pribumi. Nyai ontosoroh yang telah melahirkan dua anak dan membesarkan Boerderij
Buitenzorg pabrik yang ia urus sepeninggal Tuan Mellema. Nyai Ontosoroh tak
memiliki hak atas kekayaan dan kedua anaknya. Pengadilan Belanda mengambil
paksa Annelies untuk pergi kembali ke Belanda tanpa ibu dan suaminya Minke.
Roman
sejarah yang menceritakan tentang kehidupan seorang pribumi ini memberikan
gambaran nyata bagaimana posisi rakyat pribumi di mata orang Eropa. Di mana hak-hak
pribumi dihapuskan dan akhirnya tuduk pada kekuasaan orang Belanda. Orang
belanda menjadi orang kelas satu, selanjutnya orang Indo dan rakyat
pribumi adalah golongan bawah.
EM