Judul : Maulwi
Saelan Penjaga Terakhir Soekarno
Penulis : Asvi
Warman Adam, Bonnie Triyana, Hendri F. Isnaeni, M.F Mukthi
Penerbit : Kompas
Isi : 376 Halaman
Terbit : 2014
ISBN : 978-979-709-793-6
Sebagai
pengawal presiden, Maulwi Saelan harus cepat memutar otak di setiap kondisi
yang dirasa tidak aman. Salah satunya saat kunjungan Presiden Soekarno ke Korea
Utara (Korut). Maulwi menggunakan radar radio untuk memutarkan lagu-lagu
Indonesia sebagai kode bagi pilot untuk melakukan pendaratan di negara yang
tertutup dengan dunia internasional itu.
Kunjungan
ke Korut merupakan salah satu pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan
Maulwi. Pasalnya, ia mendapatkan tugas sebagai advance team yang harus menjajaki keamanan rombongan Soekarno yang
akan berkunjung ke Korut pada November 1964. Mengingat, perang Korea baru saja
usai.
Maulwi
dan salah satu perwakilan advance team,
Ali Ebram, terlebih dahulu terbang ke Korut untuk mempersiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan, termasuk pendaratan pesawat presiden. Oleh karena itu, bandar
udara internasional yang sesuai standar pendaratan dan penerbangan pun perlu
diperiksa demi keamanan serta keselamatan delegasi.
Belum
adanya teknologi radar atau GPS membuat Maulwi harus memutar otak agar
memudahkan pilot mengetahui lokasi pendaratan. Akhirnya, Maulwi meminta Ali memakai
radio pemancar untuk memutar lagu-lagu Indonesia sebagai kode bagi pilot agar
mengetahui posisi landasan.
Pengalaman
lain bersama Soekarno yang juga berkesan, ketika melakukan penerbangan dari
Tokyo ke Biak pada Januari 1964. Maulwi mendapatkan laporan dari intelijen
bahwa kemungkinan pesawat akan ditembak jika melintasi Taiwan. Lantas, ia
berinisiatif meminta pilot untuk terbang langsung dari Tokyo ke Biak, Papua,
tanpa melewati jalur komersial.
Di
sela-sela kesibukannya sebagai pengawal presiden, Maulwi sangat gemar bermain
sepak bola. Pria yang memiliki nama asli Surachman ini juga pernah menjadi keeper Indonesia di Olimpiade Melbourne tahun
1956.
Buku
Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno merupakan kumpulan kisah Maulwi Saelan
ketika menjadi gerilyawan hingga pengawal pribadi proklamator Indonesia. Tak
seperti kebanyakan buku yang bersumber dari sumber kedua bahkan ketiga, buku
ini ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan Maulwi.
Terdapat
beberapa bagian dalam buku ini yang membingungkan pembaca. Pasalnya, terdapat
beberapa ungkapan Soekarno yang diingat Maulwi dalam bahasa asing (Belanda dan
Inggris) namun tidak diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Tetapi, hal itu
tidak mengurangi esensi dari buku ini yang sarat akan muatan sejarah.