Judul : Piye
Kabare..? Penak Jamanku To!
Penulis : Belinda JK, Dk
Penerbit : Damian Press
Isi : 243 Halaman
Terbit : Cetakan
1, Maret 2014
ISBN : 978-602-97197-96
Siapa tidak kenal dengan Presiden Indonesia yang menjabat paling lama? Tentulah
semua orang pasti merujuk pada Soeharto. Pemimpin Indonesia ke-2 ini meski dikenal
dengan pemerintahan otoriter, rezim militer dan membumihanguskan bagi siapa saja yang
membangkang terhadap kebijakannya. Di sudut yang berbeda, ia telah
membawa Indonesia berjaya di berbagai bidang, salah satunya ialah bidang pangan.
Di
zaman Orde Baru (Orba), Indonesia populer di mata dunia atas swasembada
pangannya. Tepatnya pada tahun 1984, negara telah berhasil menjalankan
swasembada beras yang berefek mengurangi kemiskinan dan mensejerahterahkan
rakyat dalam tempo relatif dekat.
Dalam
waktu 16 tahun itu, kepemimpinan Seoharto sudah bisa mensuplai kebutuhan dalam
negeri dan memegang ekspor pangan di berbagi penjuru negara. Maka sudah
sepantasnya Soeharto mendapatkan penghargaan dari organisasi kancah
internasional yaitu dari WHO (World Health Organization).
Selain itu, Population Award juga didapat oleh Indonesia, yaitu penghargaan
karena bisa mengontrol secara langsung keberlangsungan jumlah penduduk. Pada
masa ini, selain transmigrasai, program Keluarga Berencana (KB) menjadi andalan
dalam mengurangi kepadatan penduduk.
Program KB kala itu dijadikan oleh Seoharto
sebagai keberhasilan seorang pemimpin
baik tingkat daerah, bupati bahkan gebernur. Bagi Soeharto, seorang pemimpin
baru dianggap sukses dan bisa direkomendasikan menjadi pemimpin selanjutnya apabila
berhasil mensosialisasikan KB dan bisa menurunkan kepadatan penduduk sedemikian
rupa.
Buku
yang berjudul Piye Kabare..? Penak Jamanku To! ini juga memaparkan bahwa
negara Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap hubungan
negara-negara. Salah satunya, Indonesia menjadi salah satu dari lima pelopor terbentuknya
organisasi ASEAN (Association of South East Asian Nations) bersama Malaysia, Singapura,
Filiphina, dan Thailand.
Selain itu pun, buku ini
menyebutkan sepuluh warisan yang ditinggalkan Soeharto untuk negeri seperti
program Wajib Belajar 6 Tahun, Taman Mini Indonesia Indah, Gerakan Nasional
Orang Tua Asuh, dan Stablitas Hubungan Luar Negeri Indonesia-Australia serta
infrastruktur yang memadai.
Jargon “Piye Kabare..? Penak Jamanku To!” yang
diiringi dengan foto ‘The smilling General Soeharto’, ini tidak asing
lagi. Kadang kala sering ditemui di sudut jalan atau bahkan di bagian
belakang truk yang terkadang mengundang senyum bagi mereka yang pernah
merasakan hidup di bawah pemerintahannya era tahun 80-an hingga 90-an akhir.
Sebuah sapaan yang hangat dari kenangan masa lalu ini membangkitkan nostaliga di era Orba sehingga membuat teringat pada masa kepemimipinannya. Belinda JK, Mayang Lestari dan Moh. Alfan berhasil memaparkan prestasi nasional maupun internasional saat kepemimpinan Soeharto dalam buku yang terbit tahun 2014 ini.
Meski Soeharto dipandang otoriter selama 32 tahun, ternyata dibalik itu semua Indonesia juga pernah menjadi Macan Asia dan disegani oleh negara-negara lain. Buku ini cocok dibaca untuk semua umur karena bahasanya lugas dan mudah dimengerti. Namun, dalam buku ini banyak pengulangan kalimat di setiap bab, Sehingga membuat pembaca merasa bosan akan hal tersebut.
KF