Sebagian
masyarakat menilai, ilmu ekonomi tidak berkembang bagi umat islam. padahal,
jika ditilik dalam sejarah, agama islam yang mengajarkan ilmu tentang
kewirausahaan.
Hal
tersebut dikemukakan oleh Ketua Dewan Pasar Ekonomi Syariah Indonesia, Aris
Mufti dalam seminar nasional yang bertajuk Membangun
Pendidikan Era MEA melalui Entrepreunership di Auditorium Harun Nasution
UIN Jakarta, Rabu (13/5). Acara ini juga sekaligus merupakan pembukaan Musyawarah
Nasional (Munas) Ikatan Mahasiswa Manajemen Pendidikan/ Administrasi Pendidikan
Seluruh Indonesia.
Aris
menuturkan, pemimpin umat islam, yakni Nabi Muhammad telah menjadi contoh bagi
umat dalam membangun jiwa entrepreneurship.
Semasa hidupnya, beliau tidak pernah lepas dalam menekuni bisnis.
Aris
melanjutkan, Nabi Muhammad memiliki sifat yang patut dicontoh oleh para
wirausahawan muda saat ini. Fathanah,
Amanah, Shiddiq, dan Tabligh
merupakan sifat yang dimilikinya. “Karena itu, umat islam harus mencontohnya,”
kata Aris.
Dengan
dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), mahasiswa harus siap dalam menghadapi
persaingan yang bersifat global. Menurut Aris, dengan memahami karakteristik
diri dan berpikir kreatif, mahasiswa dapat membuat usaha yang dimilikinya
berkembang.
Lain
Aris lain pula Reni. Anggota Komisi 10 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik
Indonesia (RI) Reni Marlinawaty memaparkan, Indonesia sedang berada di tahap
persiapan demi menghadapi MEA. “Tertinggal jauh dengan negara Singapura,
Thailand dan Malaysia,” tegas Reni.
Belum
siapnya Indonesia menghadapi MEA dapat dilihat dari berbagai indikasi. Reni
mencontohkan, di bidang pendidikan, dahulu banyak mahasiswa asing yang belajar
di Indonesia namun kini sebaliknya. Tidak hanya itu, lulusan di Indonesia saat
ini hanya difokuskan untuk menjadi tenaga kerja saja.
Sebagai ketua pelaksana Membangun Pendidikan Era MEA melalui Enterpreunership Ismail Akbar
mengatakan, perekonomian negara yang bagus akan berdampak positif terhadap
pendidikan. “Keduanya itu saling berkesinambungan,” tutup Akbar.
Rizky Rakhmansyah