Kedaulatan Indonesia
saat ini tengah menghadapi kondisi memprihatinkan. Indonesia masih sangat lemah
menghadapi persoalan menjaga rahasia negara. Begitu juga dalam sistem
informasi, di mana Indonesia masih sangat bergantung pada Australia.
Demikian
dikemukakan Ali Topan dalam seminar kebangsaan bertema “Peran Pemerintah dalam
Menjaga Rahasia serta Kedaulatan Bangsa,” di ruang teater lantai 4 Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta, Senin (25/5). Seminar ini diadakan oleh Dewan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (DEMA-FU).
Menurut Ali,
Indonesia belum dapat disebut berdaulat jika persoalan kemiliteran seperti
sistem alusista atau alat-alat perang, masih didatangkan dari negara lain. “Indonesia itu masih sering menerima hadiah
pesawat dari luar,” ujar Ali.
Hal ini, kata
Ali, sangat disayangkan. Padahal, Indonesia memiliki Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dapat menangani alusista. Sayangnya,
pemerintah kurang optimal dalam pengelolaannya.
Selain mengimpor
alusista, kelemahan Indonesia dalam berdaulat, lanjut Ali, juga ditandai dengan
kebergantungan Indonesia mengimpor bahan-bahan makanan dari luar negeri. “Jika kita terus mengimpor beras,
bagaimana kita menjadi negara yang dapat berdiri sendiri dan mewujudkan
swasembada,” tambah Ali.
Ali menambahkan,
rakyat Indonesia harus menyadari keterbelakangannya. Oleh karena itu, katanya, masyarakat
Indonesia tidak boleh diributkan
dengan sentimen agama, primordial, organisasi dan lain sebagainya. Karena pada
dasarnya rakyat menyatu dalam kesatuan dengan tujuan yang sama, yaitu menjadi
negara yang berdaulat.
Dalam
permasalahan ini, bukan hanya pemerintah saja yang berkewajiban menjaga
kerahasiaan dan kedaulatan negara. Namun, semua lapisan masyarakat juga
bertanggung jawab terhadap urusan itu.
Ketua
Penyelenggara, Uki Ruhullah, berharap dengan diadakannya seminar bisa menjadikan
mahasiswa sadar akan pentingnya kedaulatan negara. Selain itu, Uki juga
berharap agar pemerintah benar-benar menyadari pentingnya rahasia dan
kedaulatan negara yang semakin melemah.
DF