“Dung.. Dung.. Dung..” suara gong menandakan pertunjukan
dimulai. Ruangan yang gelap perlahan mulai terang. Lampu berwarna kuning
menyala satu persatu. Tampak seorang lelaki tua memakai kemeja panjang dengan
celana hitam dan sepatu pantofelnya tengah duduk di kursi goyang. Dialah
Akhmad, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) komisi I yang kebingungan mencari
pendamping hidup. “Kawin itu mudah diucapkan tetapi tidak mudah dilakukan,”
ucap Akhmad dalam monolognya.
Ia kemudian memanggil pegawainya, Karta untuk memastikan
kedatangan seorang mak comblang, Mbak Eliya.Tak lama kemudian, datanglah Mbak
Eliya yang mengenakan baju hijau, celana merah jambu, gelang, cincin, dan gadgetnya. Suara riuh penonton
langsung terdengar manakala sosoknya keluar dari pintu coklat di sebelah kanan
panggung.
Dalam kunjungannya, ia menawarkan Ambarita Ruwanti, seorang
gadis yang tinggal di rumah batu sebagai calon istri Akhmad. Selang beberapa
lama, datang sahabat Akhmad, Imah. Mengetahui Akhmad akan mencari calon istri,
Imah kemudian berinisiatif menjadi mak
comblangnya.
Terlihat Ambarita sedang duduk di kursi yang berwarna hijau
ditemani oleh bibinya, Arina. “Tokek.. Kawin.. Tokek.. Engga..” Ambarita
menimbang-nimbang apakah ia akan kawin atau tidak.
Lalu, Mbak Eliya pun datang menceritakan ciri-ciri calon
suami Ambar. Ia rupanya telah menjodohkan Ambar dengan empat laki-laki
sekaligus. Mereka adalah Tigor, Raden Tatang bin Seblak, Arjuna, dan Akhmad.
Tigor adalah anak buah kapal dengan lengan yang penuh
dengan tato. Ada lagi seorang pemborong dengan perawakan besar dan kepala
gundul yang bernama Raden Tatang bin Seblak. Selain itu, terdapat pula Arjuna
dengan gayanya yang nyentrik dan bibirnya yang mungil.
Satu per satu calon suami Ambar pun datang. Ambarita yang
kala itu mengenakan baju berwarna merah dan rok kuning mampu membuat empat
laki-laki tersebut terpaku melihatnya. Imah yang datang untuk menemani Akhmad,
mengaku-ngaku sebagai keluarga Ambarita.
Imah kemudian berusaha menghasut Ambarita agar memilih
Akhmad sebagai suaminya. Hasutan Imah akhirnya mampu membuat Ambarita menolak
semua laki-laki yang dijodohkan dengannya dan memilih Akhmad. Akhmad kemudian
melamar Ambarita karena paksaan dari Imah. Mereka berdua pun memutuskan untuk
menikah.
Namun, kenyataan kadang tak seindah mimpi. Ketika hari
pernikahan tiba, Ambarita yang telah mengenakan gaun pengantin dan membawa
rangkaian bunga, harus rela ditinggalkan oleh Akhmad. Akhmad tidak datang pada
hari pernikahannya.
“Akhmad!” teriak
Ambarita. Menghilangnya Akhmad di hari pernikahannya menjadi penutup pentas
bertajuk Mak Comblang yang diadakan di Aula Madya Lantai 2, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pementasan yang disutradai Aseng
Komarudin ini merupakan rangkaian prosesi penerimaan anggota baru Teater Syahid
UIN Jakarta.
Menurut Sutradara pementasan teater yang diadakan Selasa
(26/5), Aseng Komarudin, tujuan diadakannya pementasan yang diadaptasi dari
karya Nikolai Gogol ini lebih kepada prosesnya. “Proses mereka bekerja sama,
paham bagaimana cara memproduksi sebuah teater, serta cara menyikapi proses
tersebut,” ujar Aseng.
Pementasan yang didaptasi dari The Marriage ini juga mendapat respon positif
dari mahasiswa yang hadir. Menurut Nisrina Irfani, mahasiswa Sastra Inggris,
pertunjukan yang dipentaskan sudah baik dan tidak menjenuhkan. “Tingkat emosi
penonton juga dimainkan dengan adanya bagian yang menyedihkan serta
menyenangkannya,” ungkap Nisrina.
RI