Dengan dua
kalimat syahadat, Selamet Widodo, mahasiswa berumur 22 tahun ini membuka
deklarasi ‘Menolak Pabrik Semen di Rembang’ dalam acara bertajuk Jakarta Menolak Semen oleh Forum Emperan Budaya. Sebagai
perwakilan Aliansi Jakarta Menolak Semen, ia membacakan deklarasi tersebut di
lantai dasar Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Senin (13/4).
Mahasiswa yang
akrab disapa Dodo tersebut mengatakan, ia bersama anggota Aliansi Jakarta
Menolak Semen menjunjung tinggi kedaulatan rakyat Indonesia dan menjaga warisan
budaya nenek moyang. Ada empat tuntutan yang diminta Aliansi Jakarta Menolak
Semen. Pertama, meminta pemerintah untuk membatalkan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) dan izin lingkungan pendirian PT Semen Indonesia di Rembang.
Kedua, Aliansi
Jakarta Menolak Semen meminta semua pejabat hukum berlaku dan memberikan
putusan seadil-adilnya. Selanjutnya, aliansi yang terdiri dari empat belas
organisasi yang ada di Jakarta ini akan terus mengawal kasus tersebut dan
memberikan dukungan serta solidaritas kepada warga yang berada di Karst Kendeng
dan sekitarnya, untuk terus menyuarakan penolakan pembangunan Pabrik Semen.
Terakhir,
mengajak kepada seluruh elemen mahasiswa, buruh tani, cendekiawan, dan sektor
rakyat lain untuk bersatu membangun solidaritas dan soliditas menolak
eksploitasi alam yang semakin memprihatinkan. Selain deklarasi dan orasi
budaya, Band Marjinal juga membawakan lagu-lagu bertajuk solidaritas untuk ibu-ibu Rembang.
Sementara itu,
Gitaris Marjinal, Bobby menuturkan, kemungkinan besar putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) pada 16 April
mendatang akan dimenangkan oleh PT Semen Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang dukungan
dan tidak banyak warga yang mengetahui isu tersebut. “Meski demikian, dukungan
untuk menolak berdirinya pabrik semen di Jawa Tengah harus tetap dilakukan,”
ujar Bobby sebelum perform dalam
acara Emperan Budaya.
“Namun sayangnya,
ada beberapa mahasiswa dari Jurusan Pertambangan malah mendukung berdirinya
pabrik semen di Rembang. Mahasiswa seharusnya berpikir panjang ke depan dan
memberi dukungan untuk rakyat yang membutuhkan,” pungkasnya.
Ika Puspitasari