Pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang hanya 1% pertahun membuat pemerintah menginginkan masyarakat
berwirausaha. Dilihat dari jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), Indonesia mampu bersaing
dengan produk lokalnya. Namun, sampai sekarang minat masyarakat berwirausaha
masih sangat rendah.
Demikian diutarakan
Deputi Bidang SDM Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM), Afrizal Kusai dalam acara Seminar Nasional Agribisnis dengan tema Kewirausahaan sebagai Gerbang Agribisnis di Indonesia yang diselenggarakan di Auditorium
Harun Nasution Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kamis (16/4).
Afrizal menambahkan, untuk
mendorong masyarakat berwirausaha, Kementrian Koperasi dan UKM telah membuat
Tempat Praktik Keterampilan Usaha (TPKU). TPKU bertujuan untuk melatih warga
pedesaan agar bisa terampil dalam berwirausaha. “Pelatihannya mencakup bidang
otomotif, elektronik, dan kerajinan tangan,” ujarnya.
Melalui TPKU,
lanjut Afrizal, pemerintah ingin menciptakan banyak wirausahawan muda yang berani
ambil risiko, kreatif, dan pandai melihat peluang bisnis. Terlebih, saat ini angka pengangguran di
negeri ini semakin tinggi dan tak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang
tersedia.
Afrizal menyarankan,
sebaiknya mahasiswa mulai mengenal dunia wirausaha sedini mungkin agar ketika
lulus nanti tidak bimbang dan sudah mempunyai bekal keterampilan lain di
masyarakat. “Jangan cuma jadi sarjana. Mahasiswa juga perlu berwirausaha,” katanya.
Dalam seminar kali ini,
hadir pula pemilik Popon Nursary, Puriyanti Hasanah. Ia mengatakan,
berwirausaha itu harus memiliki keberanian, ciri khas dan hal unik pada produk
sendiri agar dapat diminati masyarakat. “Keunikan produk dan kemasan yang
menarik sangat mempengaruhi hati pembeli,” ucapnya.
Salain itu,
wirausahawan juga dituntut peka dalam mengamati situasi pemasaran. Lebih lagi, untuk
menjaga semangat dan tetap fokus dengan produk yang sudah ada. Pengusaha
baiknya memiliki seorang panutan yang bisa terus mendukung dalam keadaan
apapun.
Dunia maya dan
media sosial, lanjut Puriyanti, menjadi
tempat strategis dalam pemasaran. Kecepatan dan perluasan jaringan sangat
dibutuhkan agar informasi rinci produk yang ditawarkan bisa cepat sampai ke
telinga produsen. “kita harus terus berpikir, bergerak, dan berdoa,” ujar
perempuan berhijab itu.
Senada dengan
Puriyanti, pemilik Rumah Makan (RM) Ayam Bakar Bumbu Bali, I Nyoman Kartawirya
mengungkapkan, uang bukanlah modal utama dalam berwirausaha. Akan tetapi, harus
dimulai dengan keberanian, karena itu faktor penentu seseorang meraih
kesuksesan berwirausaha.
“Putuskan urat malu
dan jangan gengsi,” ucapnya. I Nyoman mengaku,
mulanya membuka tempat makan di pinggir jalan, perlahan ia mulai memahami dunia
wirausaha dan kini Nyoman sudah memilki labih dari tiga RM di sekitar Jakarta.
Salah satu peserta
seminar, Sunandar mengatakan, acara ini sangat bermanfaat bagi masyarakat
khususnya mahasiswa. Selain dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan, juga
bisa berbagi pengalaman dengan pengusaha sukses. “Berwirausaha itu ilmu praktik yang
enggak selalu ada di bangku perkuliahan,” tutur pria asal Majalengka ini.
Yasir Arafat